Lebih dari 100 pekerja di toko sepatu Clarks sedang mempertimbangkan untuk melakukan aksi mogok. Pertimbangan untuk melakukan aksi mogok ini diawali karena adanya ancaman dari Clark kepada para pekerjanya bahwa perusahaan akan memecat mereka semua dan mempekerjakannya kembali dengan kontrak kerja yang lebih buruk.
Melansir dari BBC, Jumat (2/7/2021), serikat pekerja di Inggris mengatakan bahwa ancaman yang dikeluarkan oleh Clarks tersebut merupakan contoh lain dari praktik buruk dari konsep 'fire-and-rehire' yang selama pandemi ini semakin marak terjadi.
Konsep praktik 'fire-and-rehire' sendiri merupakan praktik di mana ketika sebuah perusahaan ingin mengubah kontrak kerja para pekerjanya, seringkali untuk mengurangi biaya, mereka terkadang dapat memberhentikan semua pekerjanya yang terlibat dalam perubahan kontrak kerja tersebut dan kemudian perusahaan akan menawarkan untuk melibatkan mereka kembali dalam kontrak kerja yang baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kata lain praktik 'fire-and-rehire' merupakan praktik di mana sebuah perusahaan melakukan pemecatan kepada sejumlah karyawannya, yang kemudian perusahaan akan menawarkan kembali pekerjaannya kepada karyawan tersebut dengan kontrak kerja yang baru. Kontroversi tentang praktik ini pun menjadi lebih marak terjadi setelah munculnya pandemi Covid-19, seperti yang sedang dilakukan oleh Clarks kali ini.
Sebelumnya, Clarks telah mengalami permasalahan finansial selama bertahun-tahun, dan akhirnya perusahaan ini diambil alih oleh perusahaan ekuitas swasta yang berbasis di Hong Kong pada bulan Februari 2021 kemarin. Setelah diambil ahli, setidaknya terdapat 109 dari 145 pekerja gudang Clarks di Somerset masih menggunakan kontrak kerja yang lama sebelum perusahaan tersebut diambil ahli oleh ekuitas swasta lain.
Selanjutnya, untuk mengurangi biaya, Clarks mengajukan praktik 'fire-and-rehire' kepada lebih dari 100 pekerjanya yang masih menggunakan kontrak lama mereka. Para pekerja itu diminta untuk menerima kontrak kerja baru di mana hal ini dapat mengurangi gaji pekerja sekitar 15%, mendapat jumlah libur tiga hari lebih sedikit, persyaratan izin sakit yang lebih rumit, dan menghilangkan waktu istirahat 10 menit dan minuman panas gratis.
Seorang juru bicara Clarks mengatakan kalau saat ini mereka sedang berkonsultasi dengan karyawannya tentang persyaratan dari kontrak kerja yang baru ini.
"Clarks saat ini sedang berkonsultasi dengan serikat pekerja dan karyawan di Pusat Distribusi Westway kami di Street, Somerset tentang usulan perubahan syarat dan ketentuan kerja untuk semua operator," kata salah seorang juru bicara Clarks.
"Karena kami sedang dalam masa konsultasi, kami tidak dapat berkomentar lebih jauh saat ini," tambahnya lagi.
Menanggapi hal tersebut, serikat pekerja yang mewakili karyawan Clarks tersebut saat ini sedang mempertimbangkan setiap opsi untuk melawan langkah 'fire-and-rehire' yang diajukan oleh perusahaan kepada para pekerjanya. Serikat pekerja mengatakan bahwa opsi yang akan mereka gunakan dapat mencakup aksi mogok kerja.
"Para pekerja yang paling terpengaruh oleh perubahan ini adalah mereka yang telah menjadi karyawan selama beberapa dekade, bertahan dengan perusahaan melalui suka dan duka, dengan kondisi yang semakin sulit sejak tahun lalu selama periode pandemi yang menantang," kata John Paul McHugh, Asisten Sekretaris Umum dari Komunitas serikat pekerja.
"Fire-and-rehire bukanlah cara untuk berterima kasih kepada karyawan atau pelanggan Anda. Kami meminta Clarks untuk membatalkan persyaratan dan ketentuan (kontrak kerja) yang semakin beruk," Tegasnya.
Tonton juga Video: PPKM Darurat, Mal Tutup-Tempat Makan Hanya Boleh Take Away