Protes yang terjadi menjadi sebuah fenomena langka sejak perang saudara 1975-1989 yang menghancurkan negara itu berakhir, dan membuat negara itu hampir terhenti.
Perdana Menteri yang baru diangkat kala itu, Hassan Diab kemudian mengumumkan bahwa Lebanon akan gagal membayar utang luar negerinya untuk pertama kalinya dalam sejarah, dengan mengatakan cadangan mata uang asingnya telah mencapai tingkat kritis dan berbahaya, sisanya diperlukan untuk membayar impor yang mendesak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian pandemi COVID-19 memperburuk keadaan. Setelah kematian pertama akibat virus Corona dan lonjakan infeksi, lockdown diberlakukan pada pertengahan Maret 2020 untuk mengekang penyebaran virus.
Di satu sisi, itu memaksa pengunjuk rasa anti-pemerintah turun dari jalan. Tetapi di sisi lain itu membuat krisis ekonomi jauh lebih buruk dan mengungkap bobroknya sistem kesejahteraan sosial di Lebanon.
(aid/fdl)