Meski demikian, dikejelaskan bahwa saat ini Temasek masih memiliki sejumlah resiko keuangan akibat adanya perubahan regulasi anti monopoli di China dan beberapa negara lainnya tempat BUMN Singapura tersebut menaruh investasinya.
Padahal lebih dari 60% aset yang dimiliki oleh perusahaan BUMN asal Singapura ini berada di Asia, dengan Singapura dan China sebagai dua pasar teratas di kawasan tersebut.
"Lingkungan peraturan yang berubah adalah salah satu risiko yang perlu kita pertimbangkan, kita dihadapkan dengan (perubahan) peraturan tidak hanya di China tetapi juga di bagian lain dunia. Jadi itu tidak mengubah sikap kami dengan cara apa pun yang berarti," kata Kepala Gabungan Temasek untuk Telekomunikasi, Media dan Teknologi, Mukul Chawla kepada CNBC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(fdl/fdl)