Cetak Rekor! Portofolio Temasek Tembus Rp 4.103 Triliun

Cetak Rekor! Portofolio Temasek Tembus Rp 4.103 Triliun

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 14 Jul 2021 10:03 WIB
View of the merlion statue of Merlion Park, and the financial district in downtown Singapore. The merlion is a symbol and mascot of Singapore.
Foto: Getty Images/Marcus Lindstrom
Jakarta -

BUMN Singapura, Temasek, mencatatkan nilai portofolio hingga 31 Maret 2021 mencapai rekor tertinggi.

Dalam laporannya yang dikeluarkan pada Selasa (13/7) kemarin, nilai portofolio perusahaan tersebut tumbuh menjadi 381 miliar dolar Singapura (USD 283 miliar) atau sekira Rp 4.103 triliun (dengan kurs Rp 14.500/dolar AS).

Melansir dari CNBC, Rabu (14/7/2021), kenaikan nilai portofolio ini terjadi karena pengembalian satu tahun pemegang saham Temasek melonjak menjadi 24,53% dalam dolar Singapura.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temasek mengatakan bahwa tingkat pengembalian kepada para pemegang saham tercatat mencapai 7% selama 10 tahun terakhir dan 8% selama 20 tahun. Pengembalian tersebut memperhitungkan semua dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham Temasek, dikurangi suntikan modal.

Selama tahun fiskal ini, Temasek telah menginvestasikan sebesar 49 miliar dolar Singapura dan mendivestasikan 39 miliar dolar Singapura, yang dua-duanya merupakan angka rekor.

ADVERTISEMENT

Temasek sendiri merupakan sebuah perusahaan investor ekuitas aktif baik di ruang publik maupun swasta. Perusahaan ini berinvestasi terutama di perusahaan-perusahaan Singapura pada masa awalnya, tetapi berubah menjadi investor global utama dalam beberapa tahun terakhir.

Temasek telah berinvestasi di perusahaan rintisan internet regional utama seperti Sea yang berbasis di Singapura dan GoTo Group di Indonesia. Perusahaan investasi milik pemerintah Singapura ini juga memiliki saham di perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech, yang mengembangkan vaksin Covid-19 dengan raksasa farmasi Amerika Pfizer.

Meski demikian, dikejelaskan bahwa saat ini Temasek masih memiliki sejumlah resiko keuangan akibat adanya perubahan regulasi anti monopoli di China dan beberapa negara lainnya tempat BUMN Singapura tersebut menaruh investasinya.

Padahal lebih dari 60% aset yang dimiliki oleh perusahaan BUMN asal Singapura ini berada di Asia, dengan Singapura dan China sebagai dua pasar teratas di kawasan tersebut.

"Lingkungan peraturan yang berubah adalah salah satu risiko yang perlu kita pertimbangkan, kita dihadapkan dengan (perubahan) peraturan tidak hanya di China tetapi juga di bagian lain dunia. Jadi itu tidak mengubah sikap kami dengan cara apa pun yang berarti," kata Kepala Gabungan Temasek untuk Telekomunikasi, Media dan Teknologi, Mukul Chawla kepada CNBC.


Hide Ads