Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tanda-tanda pemulihan ekonomi global dari pandemi COVID-19 mulai terlihat di semester I-2021 ini. Meski ini jadi hal yang positif, namun ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai di semester II-2021.
Ia menjelaskan ekonomi global memang menunjukkan tanda pemulihan, namun hal ini tak dirasakan secara merata bagi setiap negara. Akses vaksinasi dan kemampuan stimulus setiap negara yang berbeda menjadi penyebab utamanya. Adapun, risiko pertama yang harus dihadapi adalah kehadiran varian Delta.
"Munculnya varian delta di India, April dan Mei, mereka alami kondisi meningkat dan dampak luar biasa bagi ekonomi dan masyarakat. Sekarang varian Delta sudah menyebar di 130 negara. Kenaikan jumlah COVID yang drastis seperti di Indonesia, sama seperti di AS dan di Inggris dan negara yang kecil seperti Malaysia, Israel, Singapura, Thailand dan Vietnam yang efektif jaga penularan COVID juga alami kenaikan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Rabu (21/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Risiko kedua, kata Sri Mulyani, adalah vaksinasi yang tidak merata antar negara maupun satu negara. Kondisi ini bisa membuat varian Delta bisa terus menyebar dengan cepat.
"Kalau yang memiliki vaksin itu belum tentu warganya mau divaksin, juga terjadi di berbagai negara lainnya. Untuk yang belum memiliki vaksin akses jadi persoalan besar seperti Afrika dan Asia. Akses vaksinasi dan penetrasi vaksinasi sebabkan risiko karena COVID ini selama belum bisa dikelola ditangani dia juga akan penularan dan bermutasi jadi jenis yang berubah seperti varian delta yang sangat mudah menular," jelasnya.
Risiko terakhir adalah kenaikan inflasi AS yang telah terjadi dalam 2 bulan berturut-turut hingga di atas 5%. Angka ini jauh dari target yang dipatok 2%. Kondisi ini bisa memukul daya beli masyarakat, terutama kelas menengah bawah dan mengancam pemulihan global.
"Ketiga menimbulkan proyeksi kapan Fed merespon kenaikan inflasi tersebut dengan kenaikan suku bunga atau tapering terhadap kebijakan yaitu mengurangi pembelian aset dan surat berharga pada perekonomian," tuturnya.
Lihat juga video 'Sri Mulyani Sebut Ekonomi Kuartal III di Bawah 4 Persen':