BPS Ungkap Alasan Orang Ogah Vaksinasi COVID-19

BPS Ungkap Alasan Orang Ogah Vaksinasi COVID-19

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 02 Agu 2021 19:00 WIB
Vaksinasi COVID-19.
Foto: Istimewa
Jakarta -

Pemerintah tengah mendorong vaksinasi untuk mencegah penyebaran COVID-19. Namun, ada saja masyarakat yang masih enggan untuk menjalani vaksinasi tersebut.

Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap alasan masyarakat belum mengikuti vaksinasi COVID-19. Dari data yang disajikan Kepala BPS Margo Yuwono dipaparkan, sebanyak 21,2% menyatakan sudah terjadwal tetapi belum waktunya. Kemudian, sebanyak 26,3% masih mencari lokasi yang menyediakan kuota vaksin.

Sebanyak 15,8% tidak mau atau khawatir efek samping. Lalu, sebanyak 4,2% tidak mau karena tidak percaya efektivitas vaksin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari hasil survei menunjukkan bahwa masih ada sebagian masyarakat yang belum melakukan vaksinasi. Itu alasannya karena khawatir dengan efek samping atau tidak percaya kepada efektivitas vaksin itu mencapai 20% dari responden yang belum melakukan vaksin," kata Margo dalam konferensi pers, Senin (2/8/2021).

Angka tersebut berasal dari responden yang belum vaksinasi COVID-19. Kemudian, sebanyak 32,5% karena alasan lainnya seperti faktor kesehatan, hamil, dan lain-lain.

ADVERTISEMENT

"Ini adalah khusus responden yang belum melakukan vaksin, kalau ditanya alasan kenapa belum melakukan vaksin itu sebanyak 20% khawatir karena efek samping dan juga tidak percaya kepada efektivitas vaksin," tambahnya.

BPS sendiri baru saja melakukan survei online terkait perilaku masyarakat pada masa PPKM darurat.

Survei ini dilakukan pada 13-20 Juli 2021 dengan responden yang terlibat sebanyak 212.762 orang. Adapun metode yang digunakan ialah non probability sampling yang disebarkan secara berantai (snowball).

Protokol kesehatan di luar Jawa ternyata juga rendah. Datanya di halaman berikutnya.

Survei itu juga mengungkap penerapan protokol kesehatan (prokes) di luar Jawa Bali lebih rendah dibanding dengan wilayah Jawa Bali. BPS pun mengingatkan agar hal ini jadi perhatian sebagai langkah untuk mengantisipasi ledakan kasus COVID-19.

"Kalau dilihat saya pisahkan Jawa Bali dan luar Jawa Bali, kepatuhan di luar Jawa Bali itu lebih rendah kalau dibandingkan Jawa Bali," katanya.

"Ini menjadi catatan penting terkait dengan prokes untuk luar Jawa Bali karena bagaimanapun fasilitas kesehatan dan sebagainya itu lebih bagus Jawa Bali maka kita perlu juga mengantisipasi kalau ada ledakan kasus COVID di luar Jawa Bali maka penanganan di hulu menjadi penting untuk taat kepada prokes," paparnya.

Dia memaparkan, tingkat kepatuhan prokes untuk Jawa Bali seperti memakai 1 masker sebanyak 90%, memakai 2 masker 61%, cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer 78%, dan menghindari kerumunan 82%.

Sementara, untuk luar Jawa Bali lebih rendah. Untuk pemakaian 1 masker 83%, pemakaian 2 masker 37%, cuci tangan dengan sabun 65%.

"Dan menghindari kerumunan di luar Jawa Bali juga lebih rendah dari Jawa Bali di mana luar Jawa Bali itu hanya 69%," katanya.


Hide Ads