Sejumlah maskapai penerbangan mengubah rute penerbangannya untuk menghindari wilayah udara Afghanistan setelah Taliban menduduki Ibukota Kabul dan menguasai Istana Presiden pada Minggu (15/8) kemarin.
Dikutip dari CNBC, Senin (16/8/2021), Maskapai United Airlines mulai mengubah rute penerbangan India untuk menghindari wilayah udara Afghanistan. "Karena sifat situasi yang dinamis, kami mulai mengarahkan penerbangan yang terpengaruh di sekitar wilayah udara Afghanistan," kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan.
United Airlines ini melayani Delhi dari Bandara Internasional Newark Liberty setiap hari dan lima kali seminggu dari Bandara Internasional Chicago O'Hare. Ia juga terbang dari Newark ke Mumbai setiap hari, penerbangan adalah salah satu rute terpanjangnya.
United mengatakan akan terus bekerja sama dengan Administrasi Penerbangan Federal dan Asosiasi Transportasi Udara Internasional untuk mengevaluasi situasi dan menentukan kelanjutan pelayanan yang terkena dampak.
United bukan satu-satunya yang mengubah rute penerbangan. FAA pada 25 Juli lalu melarang maskapai AS untuk terbang di atas wilayah udara Afghanistan di bawah 26.000 kaki, yang lebih rendah dari ketinggian jelajah untuk penerbangan panjang tersebut. Tentunya hal itu berkenaan dengan risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas ekstrimis/militan dan kemampuan mitigasi risiko yang terbatas.
Sementara itu, Flydubai dan Emirates mengatakan mereka menangguhkan penerbangan ke Kabul. "Pelanggan yang memegang tiket dengan tujuan akhir ke Kabul tidak akan diterima untuk perjalanan di tempat asal mereka," kata Emirates dan kemudian mengarahkan pelanggan untuk menghubungi operator atau agen perjalanan.
Minggu pagi, Emirates Airline Flight EK640, dengan pesawat Boeing 777-300, kembali ke Dubai setelah mendekati Kabul. Kedutaan Besar AS di Kabul memperingatkan laporan kebakaran di bandara.
Pihak Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Minggu malam menyatakan, pihaknya tengah berupaya untuk mengamankan Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul untuk mengevakuasi personel AS, karyawan lokal, keluarga mereka dan 'warga negara Afghanistan yang sangat rentan' dari negara itu menggunakan penerbangan sipil dan militer.
Tonton Video: PM Inggris Nggak Mau Afghanistan Jadi Sarang Teroris
(fdl/fdl)