Setelah kehilangan dukungan politik, Perdana Menteri (PM) Malaysia, Muhyiddin Yassin memilih untuk secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya. Dirinya baru menjabat selama 17 bulan.
Muhyiddin disebut menjadi PM yang paling singkat jabatannya dalam sejarah Malaysia. Sebagai pejabat tinggi suatu negara Muhyiddin punya harta yang cukup besar.
Dilansir dari Malay Mail, Senin (16/8/2021), Muhyiddin dikabarkan memiliki total aset kekayaan sebesar RM 10 juta (RM=Ringgit Malaysia) atau sekitar Rp 33 miliar (kurs Rp 3.300).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data ini sesuai dengan laporan daftar aset yang dikeluarkan lembaga antikorupsi Malaysia (Malaysian Anti-Corruption Commission/MACC) pertengahan tahun 2020 yang lalu.
Dalam laporan itu disebutkan pemasukan Muhyiddin senilai RM 93.841,65 atau sekitar Rp 309,67 juta setiap bulannya. Tidak dijelaskan pemasukan tersebut hanya dari gajinya sebagai PM atau tidak.
Surat Pengunduran diri Muhyiddin saat ini dikabarkan telah diterima oleh Raja Malaysia, Al-Sultan Abdullah. Seperti dilansir AFP dan The Star, Muhyiddin mengajukan pengunduran dirinya kepada Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah pada Senin waktu setempat, setelah sejumlah kebijakannya terkait pandemi virus Corona (COVID-19) memicu gejolak politik terbaru di negara ini.
Pengunduran diri diajukan Muhyiddin setelah partai-partai anggota koalisi pemerintahannya mencabut dukungan dan upaya terakhirnya mempertahankan kekuasaan gagal dilakukan. Dia tercatat sebagai PM yang menjabat paling singkat dalam sejarah Malaysia.
Usai menghadiri rapat kabinet, Muhyiddin yang berusia 74 tahun ini mendatangi Istana Negara untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Sultan Abdullah.
Istana Negara dalam pernyataan terpisah menyatakan bahwa Sultan Abdullah telah menerima pengunduran diri Muhyiddin. Disebutkan juga bahwa Sultan Abdullah menunjuk Muhyiddin sebagai Pelaksana Tugas (Plt) PM Malaysia untuk sementara waktu hingga PM yang baru ditunjuk.
Belum diketahui secara jelas siapa yang akan menjadi pengganti Muhyiddin, namun Malaysia tidak mungkin menggelar pemilu dalam waktu dekat mengingat gelombang Corona belum mereda.
Diperkirakan bahwa masa-masa politik dagang kuda akan berlangsung di negara ini hingga koalisi baru muncul yang bisa meraup dukungan mayoritas dalam parlemen.
(hal/zlf)