Indonesia ternyata masih memiliki harta karun dalam bentuk komoditas pertanian. Komoditas ini begitu memikat Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena dianggap mampu menjadi motor baru bagi ekonomi Indonesia.
Jokowi mengatakan sektor pertanian masih mampu berdiri tegar di tengah pandemi COVID-19. Terbukti dari ekspor pertanian yang masih cukup besar.
"Kita tahu pada semester pertama tahun 2021 dari Januari sampai Juni 2021, ekspor sektor pertanian mencapai Rp 282 triliun atau US$ 1,95 miliar, 4,05% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 yaitu sebesar Rp 247 triliun atau US$ 1,71 miliar," ucapnya dalam peresmian pembukaan Rakornas Pengendalian Inflasi Tahunan 2021 dilansir dari akun Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (25/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu dia melanjutkan, masih banyak potensi komoditas ekspor yang masih bisa dikembangkan. Salah satunya adalah tanaman porang. Ini dia yang dianggap Jokowi begitu berharga bagi ekonomi RI.
"Misalnya Minggu kemarin saya melihat yang namanya porang. Ini bisa menjadi komoditas baru yang memberikan nilai tambah bagi para petani. Juga ada komoditas lain seperti sarang burung walet, edamame dan berbagai produk hortikultura lainnya," terangnya.
Setelah melihat langsung di lapangan, Jokowi yakni porang akan sangat menjanjikan di masa depan. Asalkan komoditas itu didorong produksinya untuk menjadi barang jadi.
"Saya melihat di lapangan, seperti tadi saya sampaikan porang betul-betul ke depan sangat menjanjikan, pasarnya masih sangat besar. Tetapi saya titip agar komoditas porang ini didorong untuk sampai bisa menghasilkan barang jadi, baik berupa kosmetik berupa beras atau makanan yang lainnya," ucapnya.
Jokowi ingin agar pengembangan industri porang dikerjakan dengan serius. Sebab dia yakni, hal itu bukan hanya bermanfaat untuk meningkatkan nilai tukar petani dan kesejahteraan petani, tetapi juga untuk menghasilkan sebuah lompatan.
"Sehingga sektor pertanian memiliki kontribusi yang semakin besar dalam menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi. Semua harus disiapkan dari hulu sampai hilir, kelembagaan Petani dalam model klaster ini perlu diperkuat, badan usaha milik petani baik koperasi atau bumdes juga perlu terus dikembangkan," tutupnya.