Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan pentingnya pengembangan olahraga sebagai sebuah industri dengan memperbanyak kompetisi/kejuaraan berbagai cabang olahraga, mulai tingkat lokal, regional, hingga nasional.
Selain meningkatkan jam terbang atlet, persaingan antar atlet, dan peluang bagi penjaringan atlet muda, hal itu dianggap dapat memberikan multiplier effect pada sektor ekonomi, termasuk menumbuhkan jiwa dan semangat nasionalisme.
"Kita dapat mencontoh negara Swiss. Dengan menjadikan olahraga sebagai industri bisa memberikan pemasukan bagi pendapatan negaranya mencapai US$ 22,8 miliar per tahun, menyerap 2,4% dari seluruh pasar tenaga kerja, dan menciptakan sekitar 11.000 lapangan kerja baru dalam kurun waktu 12 tahun," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Senin (13/9/2021).
Ia menjelaskan atas dasar itu pemerintah memilih Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat) menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020. Ini membuat Papua sebagai daerah pertama di kawasan Timur Indonesia yang menjadi tuan rumah PON.
Ia menyebut sebelumnya PON lebih banyak diselenggarakan di Jawa dan Sumatera. Di samping itu, di wilayah tengah Indonesia, yakni Makassar pada 1957 dan Samarinda pada 2008.
"Selain memacu peningkatan prestasi atlet, masyarakat Papua bisa memanfaatkan penyelenggaraan PON untuk mengenalkan berbagai potensi daerahnya kepada masyarakat luas. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua memproyeksikan seluruh rangkaian kegiatan PON akan meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB) Papua sebesar Rp 1,28 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari sektor konstruksi, akomodasi, makan minum, serta transportasi," jelasnya.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB KODRAT) ini menambahkan, PON XX Papua diharapkan mampu merekatkan ikatan kebangsaan.
Ia memaparkan, sejarah memperlihatkan ada hubungan erat antara olahraga dengan nasionalisme. Pembentukan Ikatan Sport Indonesia sebagai cikal bakal KONI pada tahun 1938 merupakan alat perjuangan untuk membangun jati diri dan mempererat ikatan emosional kebangsaan dalam melawan kolonial.
"Penyelenggaraan PON yang pertama kali dilakukan pada tahun 1948 di Solo, salah satunya ditunjukan untuk meneguhkan eksistensi kedaulatan Indonesia di mata dunia internasional, di tengah suasana kebangsaan yang masih dihadapkan pada tantangan mempertahankan kemerdekaan," pungkas Bamsoet.
Sebagai informasi, Bamsoet menghadiri Diskusi Forum Merdeka Barat 9 yang diselenggarakan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), secara virtual dari Bali pada hari ini. Turut hadir menjadi narasumber, antara lain Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Ketua Umum KONI Letjen TNI (purn) Marciano Norman, dan praktisi media bidang Olahraga Boy Noya.
(prf/hns)