Parah! Saking Nggak Ada Duitnya, Evergrande Sampe Ngutang ke Karyawan

Parah! Saking Nggak Ada Duitnya, Evergrande Sampe Ngutang ke Karyawan

Siti Fatimah - detikFinance
Selasa, 21 Sep 2021 16:21 WIB
Evergrande
Parah! Saking Nggak Ada Duitnya, Evergrande Sampe Ngutang ke Karyawan
Jakarta -

Raksasa properti China, Evergrande memiliki utang sebesar US$ 300 miliar atau setara dengan Rp 4.275 triliun (kurs dolar Rp 14.274). Selain ke bank, perusahaan ternyata punya utang kepada karyawannya.

Di saat Evergrande kekurangan uang, mereka beralih ke pegawainya sendiri dengan memberikan dua pilihan tegas. Bagi karyawan yang ingin mempertahankan bonus kerja, maka harus memberi pinjaman jangka pendek pada Evergrande.

Dikutip dari New York Times, Selasa (21/9/2021), beberapa pekerja terpaksa harus meminta teman dan keluarga mereka untuk meminjamkan uang kepada perusahaan. Sementara yang lainnya sengaja meminjam dari bank.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, ratusan karyawan bergabung dengan para konsumen, mereka menuntut uang mereka kembali. Tak hanya itu, para konsumen pembeli rumah dan karyawan melakukan demo di depan kantor Evergrande di seluruh China.

Diperkirakan, sebanyak 1,6 juta apartemen dituntut oleh pembeli dan di saat bersamaan perusahaan berutang kepada puluhan ribu karyawan. "Tidak ada banyak waktu tersisa bagi kami," kata Jin Cheng, seorang karyawan berusia 28 tahun di kota timur Hefei.

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan telah memberikan US$ 62.000 atau setara dengan Rp 883 miliar dari uang pribadinya ke Evergrande Wealth, cabang investasi perusahaan, atas permintaan Manager Seniornya.

Saat kabar kemungkinan Evergrande bangkrut bulan ini, Jin dan beberapa rekannya berkumpul di depan kantor pemerintah provinsi untuk menekan pihak berwenang agar ikut campur tangan. Jin mengatakan, karyawan di Fangchebao, platform online Evergrande untuk penjualan real estat dan mobil, dikabarkan setiap departemen harus melakukan investasi bulanan ke Evergrande Wealth.

Di kota selatan Shenzhen, pembeli rumah dan karyawan memadati lobi kantor Evergrande minggu lalu dan berteriak meminta uang mereka kembali. "Evergrande, kembalikan uang saya yang saya peroleh dengan darah dan keringat!," kata salah satu demonstran yang terdengar berteriak dalam rekaman video.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Lihat juga Video: China Kembali Diamuk Corona, Timbul Klaster Sekolah

[Gambas:Video 20detik]




Setidaknya ada 70-80% karyawan Evergrande di seluruh China diminta untuk memberikan uang kepada perusahaan untuk membantu mendanai operasi Evergrande.

Liu Yunting, Konsultan Kekayaan Evergrande, baru-baru ini mengatakan kepada Anhui Online Broadcasting Corporation, sebuah grup berita milik negara mengatakan, tidak pasti berapa banyak uang yang dikumpulkan dari karyawan.

Kepada Anhui, seorang karyawan mengatakan, mereka diberitahu untuk menginvestasikan sejumlah uang dalam produk Evergrande Wealth, dan jika mereka gagal melakukannya, gaji dan bonus kinerja mereka akan dikurangi.

Menjawab pernyataan tersebut, Liu mengatakan, manajemen perusahaan menyebut investasi tersebut adalah bagian dari pembiayaan rantai pasokan. "Karena kami karyawan harus memenuhi kuota, kami meminta teman dan keluarga kami untuk memasukkan uang," kata Liu.

Sama seperti pegawai lainnya, Liu mengatakan orang tua dan mertuanya telah menginvestasikan US$ 200.000 atau setara dengan Rp 2,8 miliar ditambah uang miliknya sekitar US$ 75.000 atau sekitar Rp 1 miliar ke Evergrande Wealth.

Sementara itu, dari sisi pembeli ada Wesley Zhang dan keluarganya. Mereka termasuk dari ratusan ribu keluarga yang sedang menunggu apartemen dan berharap perusahaan dapat segera merampungkan pembangunan apartemen yang sudah dibayar.

Pria berusia 33 tahun itu bergabung dengan pembeli rumah lain dan melakukan aksi demonstrasi di Hefei setelah dia mengetahui bahwa Evergrande juga berutang uang kepada karyawannya.

"Semua orang cemas, kami seperti semut di wajan panas, tidak tahu harus berbuat apa," kata Zhang.

Dia menggunakan ekspresi China untuk menggambarkan penderitaan ketika menyaksikan investasi senilai US$ 124.000 atau setara dengan Rp 1,7 miliar yang berpotensi lenyap. Dia berharap, aksi protes itu akan mendorong pemerintah untuk bertindak.

"Kami berharap ini akan mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah pusat. Lalu seseorang akan keluar untuk campur tangan," pungkasnya.


Hide Ads