Pasar global mulai rebound dari aksi jual pada hari Senin (20/9) lalu ketika S&P 500 dan Nasdaq Composite mencatat kinerja terburuk sejak Mei. Meski sudah rebound, untuk terus maju saham perlu mengatasi daftar sentimen-sentimen negatif yang mengancam.
"Kami terlambat untuk koreksi, sesuatu dalam kisaran 5-10% yang merupakan kemunduran yang dapat dibeli," kata Cliff Hodge, Kepala Investasi di Cornerstone Wealth dikutip dari CNN Business, Rabu (22/9/2021).
S&P 500 turun 1,7% pada hari Senin masuk sesi terburuk sejak Mei. Bespoke Investment Group telah menyoroti prevalensi perputaran hari Selasa.
Hasilnya setelah kerugian pada Senin sebesar 1,5% atau lebih, sesi perdagangan berikutnya jauh lebih sering menghasilkan keuntungan. Diperkirakan lebih dari 1% keuntungan daripada kerugian. Namun, investor tetap waspada terhadap berbagai kondisi saat ini.
Seperti diketahui, khir-akhir ini pasar terfokus pada Evergrande, perusahaan properti konglomerat China yang berjuang melawan krisis utang. Jika perusahaan gagal membayar kewajibannya yang sangat besar yakni US$ 300 miliar atau setara dengan Rp 1.423 triliun, ada kekhawatiran hal itu dapat memicu "momen Lehman", di mana runtuhnya satu entitas memantul pada seluruh sistem keuangan (krisis secara global).
Ada banyak analis pasar yang mendorong kembali narasi itu. Mereka berpendapat bahwa dampak tersebut kemungkinan akan tetap terkendali, terutama jika Beijing turun tangan untuk meredam pukulan tersebut.
Tetapi dengan pembayaran bunga yang berjumlah lebih dari US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,4 triliun (kurs dolar Rp 12.242) yang jatuh tempo pada Kamis (23/9) untuk dua obligasi perusahaan.
Kisah Evergrande dapat membebani sektor properti China, mesin utama pertumbuhan negara. Bagaimana jadinya jika ekonomi terbesar kedua di dunia itu mandek?
Lanjut ke halaman berikutnya.
Simak juga Video: Biden Tak Ingin Cari Perang Dingin Baru, Singgung China?
(fdl/fdl)