Mendag-Mentan Beda Data Pasokan Jagung, DPR: Janjian Saja Cek Lapangan

Mendag-Mentan Beda Data Pasokan Jagung, DPR: Janjian Saja Cek Lapangan

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 24 Sep 2021 10:30 WIB
pakan ternak alternatif dari bonggol jagung
Foto: Eko Sudjarwo
Jakarta -

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian terlibat dalam adu argumen terkait stok pakan jagung dan harga yang meroket. Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam meminta kedua kementerian itu duduk satu meja.

"Ini kan Kemendag bilang masalahnya di produksi. Tapi kata Kementan ini masalah distribusi. Maka dua kementerian itu janjian ketemuan sajalah, kan sudah punya nomor HP masing-masing. Perdebatan di publik bisa membuat malu pemerintah, masak sesama pemerintah saling debat," ujar Mufti saat dihubungi, Jumat (24/9/2021).

Mufti menambahkan, Kemendag dan Kementan harus duduk satu meja, lalu mengecek stok jagung bersama-sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kan Mendag bilang stoknya enggak ada, bahkan cari 7.000 ton saja untuk kebutuhan peternak Blitar susah. Sedangkan Kementan bilang ada stok. Janjian saja, cek stoknya bareng. Kalau memang ada stok tapi tidak terdistribusi, berarti Mendag jarang mengecek lapangan. Selidiki apakah ada penimbunan, beri sanksi jika terbukti. Tapi bila memang stok menipis, cari solusi. Setelah itu tutup buku debat ini," ujarnya.

Politisi PDI Perjuangan itu berharap ke depan, soal data yang merupakan masalah klasik bisa terkoordinasi dengan baik. "Ke depan juga ada Badan Pangan Nasional yang baru diteken Perpres-nya Juli lalu, nanti bisa terkoordinasi, sehingga masalah supply and demand ini klir, juga sekaligus jadi pintu jangan ada spekulan yang main-main," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Perdebatan Kemendag dan Kementan sendiri berasal dari pernyataan Mufti Anam saat rapat kerja dengan Mendag M. Lutfi pada Selasa lalu (21/9/2021). Mufti ketika itu menyatakan, berdasarkan data Kementan, ada stok 2,3 juta ton jagung, tetapi mengapa harganya mahal hingga membuat para peternak ayam kelimpungan, bahkan sampai menyita perhatian Presiden Jokowi ketika ada peternak ayam dari Blitar membentangkan protes.

Mufti menyoroti peran Kemendag lambat, karena semestinya bisa memastikan distribusi dan perdagangan jagung berjalan lancar tanpa harga yang meroket.

Bagaimana respons kemendag? Buka halaman selanjutnya.

Namun, Mendag Lutfi memberi penjelasan bahwa pasokan jagung memang tidak ada. "Gini, kalau ada barangnya, sekarang kita jangan ngomong jutaan, ngomong 7.000 (ton) aja nggak ada buat kebutuhan sebulan di Blitar, nggak ada barangnya," kata dia.

"Saya ingin menjawab pertanyaan Pak Mufti tentang harga pakan jagung. Kalau kita punya sekarang 2,3 juta (ton) jagung, mungkin nggak harganya naik meroket seperti itu? Tidak mungkin," paparnya.

Pihak Kementan pun merespons. Direktur Serelia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Moh. Ismail Wahab menegaskan, data stok jagung hingga 2,3 juta ton di lapangan benar adanya. Ini untuk merespon keraguan data stok jagung.

Menurut Ismail, Kementan melakukan update data stok jagung secara reguler setiap pekannya. Bahkan ada dua unit kerja yang secara aktif melakukan, yaitu Badan Ketahanan Pangan dan Pusat Data dan Informasi Pertanian.

Ismail mengatakan Kementan siap menunjukkan lokasi gudang dan sentra yang saat ini memiliki stok jagung bila ada pihak lain yang ingin segera membantu distribusi jagung.

"Masalahnya saat ini bukan produksi, namun distribusi jagung ke peternak yang terhambat. Kami punya data stok, silahkan tanya kami bila benar ingin menyelesaikan perkara jagung peternak mandiri," tandas Ismail.

Ismail mengakui, ada kecenderungan pabrik pakan besar dan pengepul menyimpan jagung dalam jumlah besar. Ini mengingat adanya kekhawatiran suplai jagung untuk produksi pakan terganggu dan kondisi harga jagung pasar dunia yang sedang tinggi.

"Harga jagung di petani masih tinggi, karena pabrik masih berani membeli tinggi. Sementara harga pasar dunia naik 30%. Saya kira regulator harga jagung harus melakukan intervensi aktif. Kasihan peternak mandiri kita," ujarnya.


Hide Ads