Wacana Luhut 'Sulap' PeduliLindungi Jadi Alat Pembayaran Digital Banjir Kritikan

Wacana Luhut 'Sulap' PeduliLindungi Jadi Alat Pembayaran Digital Banjir Kritikan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 27 Sep 2021 06:29 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan punya ide baru untuk menambah fitur dari aplikasi PeduliLindungi. Aplikasi ini ingin disulap untuk menjadi alat pembayaran digital.

Wacana ini pun menjadi sorotan banyak pihak, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan wacana ini cenderung tidak nyambung. Dia mengatakan wacana ini cenderung dipaksakan dan malah tidak efektif.

"Jadi kurang nyambung ya karena tujuan awalnya kan untuk pendataan dan tracing COVID-19. Kalau dipaksakan untuk tujuan lain seperti pembayaran digital sebenarnya tidak efektif," ungkap Bhima kepada detikcom, Minggu (26/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bhima menilai belum tentu aplikasi layanan pembayaran aplikasi PeduliLindungi bakal laku digunakan masyarakat. Meskipun jutaan orang menggunakan aplikasi ini sekarang, belum tentu layanan aplikasi pembayaran PeduliLindungi akan digunakan.

Sebagai contoh masalah dari aplikasi ini saja, Bhima menjelaskan PeduliLindungi memakan baterai dan data yang besar. Takutnya, bila fiturnya terus ditambah, bahkan menambahkan layanan pembayaran digital, aplikasi ini bakal makin berat, memakan banyak data, dan juga konsumsi baterai.

ADVERTISEMENT

Pemerintah sendiri sebelumnya sudah pernah mengembangkan LinkAja sebagai alat pembayaran digital lewat perusahaan BUMN. Tapi pengembangannya dinilai masih kurang baik. Maka dari itu, menurut Bhima daripada melakukan pengembangan alat pembayaran digital yang terkesan dipaksakan pada aplikasi PeduliLindungi, lebih baik perbaikan besar-besaran dilakukan pada layanan LinkAja.

"Pemerintah ini kan sudah punya Link Aja, kenapa perlu buat lagi yang baru? Sebaiknya perbaikan dilakukan pada Link Aja, ketimbang memaksakan Peduli Lindungi jadi aplikasi pembayaran digital," kata Bhima.

Keamanan data pun jadi sorotan, menurut pengamat teknologi yang juga merupakan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menyoroti masalah menyebarnya sertifikat vaksin Presiden Joko Widodo pada aplikasi PeduliLindungi. Hal ini menegaskan bahwa sistem PeduliLindungi akan sangat rentan bila digunakan untuk alat pembayaran.

"Kasus menyebarnya sertifikat Presiden Joko Widodo jadi pembelajaran dan catatan bahwa sistem harus diperbaiki dan sangat rentan kalau dicampur dengan sistem pembayaran," ungkap Heru kepada detikcom.

Bersambung ke halaman berikutnya

Heru menyarankan aplikasi PeduliLindungi fokus untuk urusan publik, khususnya dalam bidang kesehatan dalam rangka melaksanakan sistem tracing virus. Kalau pun pemerintah mau membuat sistem pembayaran digital lebih baik dipisah menurutnya, atau justru menggunakan sistem pembayaran yang sudah ada saja.

Dia juga berpendapat daripada membuat alat pembayaran digital untuk PeduliLindungi, baiknya ada pengembangan aplikasi e-commerce nasional besutan pemerintah. Di dalamnya, semua fitur sudah lengkap, bahkan mulai dari pesan instan sampai alat pembayaran. Sebagai contoh, hal ini sudah dilakukan China lewat aplikasi WeChat.

"Ide yang menurut saya lebih pas adalah membangun e-commerce nasional, yang dilengkapi sistem pembayaran, pesan instan, dan sebagainya. Saatnya kita punya semacam WeChat-nya Indonesia seperti yang ada di Tiongkok sana," kata Heru.

Di sisi lain, Guru Besar bidang sosiologi bencana dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Prof Sulfikar Amir mengatakan bahwa menjadikan PeduliLindungi sebagai alat pembayaran digital ini tidaklah pas. Sebagai aplikasi yang dibesut pemerintah untuk menangani masalah kesehatan, dia melihat ada banyak aspek yang tidak bisa disatukan dengan sisi komersial.

"Jadi banyak aspek yang tidak bisa disatukan dengan sisi komersial di situ. PeduliLindungi itu kan sebuah aplikasi yang data sistemnya khusus dipakai untuk menangani masalah kesehatan," kata Sulfikar kepada wartawan, Jumat (24/9/2021).

Sebelumnya, ide Luhut soal PeduliLindungi ini tercetus karena mulai maraknya sistem pembayaran digital lewat teknologi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang dibuat Bank Indonesia.

Nah karena bentuknya aplikasi digital, dia menyebut bisa saja pembayaran digital berbasis QRIS diterapkan juga di aplikasi PeduliLindungi.

"KKI (Karya Kreatif Indonesia) terbukti mampu mendorong penciptaan produk premium disertai sistem pembayaran digital melalui QRIS. Jadi sekarang sudah melebar nanti mungkin kita coba masukkan ke digital app PeduliLindungi. Jadi platform berbagai macam saja bisa masuk," tuturnya dalam Pembukaan Puncak Karya Kreatif Indonesia 2021 oleh Bank Indonesia secara virtual, Kamis (23/9/2021).


Hide Ads