Tidak ada yang mudah di luar angkasa, termasuk pergi ke kamar mandi. Saat kita berada di Bumi, pergi ke toilet bukanlah hal yang rumit.
Tapi di luar angkasa, tidak ada gaya gravitasi. Tidak ada jaminan bahwa apa yang keluar akan pergi ke tempat yang seharusnya.
Melansir dari CNN, Senin (27/9/2021), masalah ini lah yang dialami oleh Crew Dragon saat melaksanakan misi penerbangan luar angkasa Inspiration4. dikabarkan bahwa selama menjalankan misi, sistem pengelolaan limbah Crew Dragon mengalami masalah mekanis dan membuat alarm yang terdapat di pesawat menyala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Scott "Kidd" Poteet, direktur misi Inspiration4 yang membantu mengawasi misi dari bumi, memberi tahu wartawan tentang masalah ini dalam sebuah wawancara dengan CBS.
Poteet dan direktur manajemen misi kru SpaceX kemudian mengkonfirmasi adanya masalah dengan sistem pengelolaan limbah tetapi tidak merinci. Hal itu jadi memicu gelombang spekulasi langsung bahwa kesalahan itu bisa menciptakan kekacauan yang membawa bencana.
Meski demikian, ketika ditanya langsung tentang hal itu kepada salah satu crew yang bertugas dalam misi penerbangan ini, Jared Isaacman berkata,
"Saya ingin menjadi 100% jelas: Tidak ada masalah sama sekali di kabin yang berkaitan dengan itu (yang dapat membahayakan awak kapal)."
Tidak hanya sempat mengalami masalah pada sistem pembuangan limbahnya, Isaacman dan rekan-rekannya dalam misi Inspiration4 mengatakan adanya masalah 'kecil' lainnya di mana mereka mengalami banyak pemadaman komunikasi. Dengan ini ia menyoroti pentingnya rejimen pelatihan menyeluruh kepada seluruh kru yang mengikuti misi ini.
"Saya akan mengatakan mungkin sekitar 10% dari waktu kami di orbit, kami tidak memiliki (komunikasi dengan bumi), dan kami adalah kru yang sangat tenang dan keren selama itu," katanya.
Selain itu ia menambahkan bahwa ketangguhan mental dan kerangka kerja yang baik, pikiran dan sikap yang baik sangat penting untuk misi.
"Aspek psikologis adalah satu area di mana Anda tidak dapat berkompromi karena jelas ada keadaan yang terjadi di sana di mana jika Anda memiliki seseorang yang tidak memiliki ketangguhan mental dan mulai bereaksi buruk, itu benar-benar bisa menggagalkan seluruh misi," kata Isaacman.
Namun terlepas dari ketidaknyamanan itu, Isaacman mengatakan dia tidak menyesali keputusannya untuk menghabiskan sekitar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,84 triliun (dengan kurs Rp 14.200/dolar AS) untuk penerbangan luar angkasa tiga hari.
"Saya berharap ini adalah model untuk misi masa depan," katanya.
"Saya merasa sangat bersemangat dan bersemangat tentang gagasan bahwa kita harus terus mendorong dan melangkah lebih jauh dan lebih jauh," katanya
(kil/zlf)