Komoditas jagung, khususnya untuk pakan ternak kini jadi polemik setelah terungkap harganya melambung sehingga meresahkan para peternak unggas. Pihak Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengklaim sudah jauh-jauh hari mengingatkan akan masalah tersebut ke kantor Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto.
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Isy Karim menjelaskan sepanjang tahun ini jagung memang diperkirakan surplus, namun secara bulanan mengalami defisit mulai Mei.
"Kalau kita lihat mulai dari bulan Mei memang terlihat mulai ada defisit. Jadi untuk dari penggunaan per bulan itu dari neraca yang kami olah data dari Kementan ini memang ada defisit mulai dari bulan Mei. Tapi totalnya untuk 2021 itu memang masih ada surplus 1,1 juta ton. Namun untuk mulai bulan Mei ini terlihat (defisit)," katanya dalam sebuah webinar, Kamis (30/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pergerakan harga jagung yang dipantau Kemendag, sejak Maret 2021 juga sudah melampaui harga acuan yang ditetapkan Rp 4.500. Berdasarkan data SIJAGUNG Kementan dan Badan Ketahanan Pangan Kementan yang diolah Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, harga jagung per kg pada Maret Rp 4.772, April Rp 5.392, Mei Rp 5,757.
"Mei ini (harga jagung) di luar negerinya sudah mulai mengalami penurunan, indikasi mulai penurunan. Tapi ternyata yang di dalam negeri tidak ikut turun," tuturnya.
Melihat kondisi tersebut, pada bulan Mei, Kemendag sudah mengusulkan kepada Kementerian Koordinator Perekonomian untuk dilakukan stabilisasi harga. Mekanismenya sesuai Perpres 48 tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perusahaan Umum (Perum) Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional, dalam hal ini terkait stabilisasi jagung, harus ditetapkan melalui rakortas.
"Di tanggal 25 Mei ini kami berkirim surat karena melihat pergerakan harga jagung sudah merangkak naik," jelas dia.
Tonton video 'Suroto Terima Bantuan 20 Ton Jagung dari Jokowi':
Lanjut halaman berikutnya.