Harga opium sudah naik tiga kali lipat di Afghanistan sejak Taliban menguasai negara itu. Kelompok militan itu sendiri menguasai ibu Kota Afghanistan sejak 15 Agustus 2021.
Dilansir dari Euronews, Jumat (1/10/2021), harga opium naik karena Taliban mengatakan Afghanistan tidak akan lagi memproduksi narkotika. Hal itu menyebabkan harganya justru melonjak di pasaran, jauh dari harga normal.
Pedagang pasar di Afghanistan Selatan, Amanullah (bukan nama sebenarnya) dan rekannya Mohammad Masoom mengaku bahwa mereka bisa mendapatkan harga yang bagus untuk batch terbaru opium.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka mengklaim opium yang dijual adalah murni. Mereka bisa mendapatkan 17.500 rupee Pakistan (PKR) per kilo, atau sekitar 90 euro yang setara Rp 1,5 juta (kurs Rp 16.563).
Jarak beberapa kilometer, Zekria (bukan nama sebenarnya) membenarkan lonjakan harga opium baru-baru ini. Petani sekarang menjual opiumnya dengan harga lebih dari 25.000 PKR per kilo atau sekitar 126 euro yang setara Rp 2,09 juta, kualitasnya diklaim lebih baik daripada milik Mohammad. Harga itu naik dibanding sebelum Agustus yang harganya 7.500 PKR per kilo.
Opium kemudian diproses di dalam negeri atau di negara tetangga seperti Pakistan, Iran dan pasar Eropa. Sejumlah faktor yang mempengaruhi harga opium yakni cuaca, keamanan, gejolak politik, hingga penutupan perbatasan.
Pada tahun 2000, rezim Taliban pertama telah melarang penanaman opium karena dianggap haram (bertentangan dengan hukum Islam). Meski begitu, tahun demi tahun produksi opium di Afghanistan tetap tinggi.
Pada 2020, negara tersebut merupakan pembudidaya opium top dunia, yang memproduksi 6.300 ton pada 224.000 hektare (Ha). Produksi tersebut menghasilkan pendapatan sekitar US$ 2 miliar di salah satu negara termiskin dunia itu.
Simak Video: Kondisi Ekonomi Terus Memburuk, Jutaan Warga Afghanistan Terancam