AS Terancam Resesi Jika Gagal Bayar Utang Rp 400 Ribu Triliun!

AS Terancam Resesi Jika Gagal Bayar Utang Rp 400 Ribu Triliun!

Siti Fatimah - detikFinance
Rabu, 06 Okt 2021 12:07 WIB
The U.S. Capitol is seen between flags placed on the National Mall ahead of the inauguration of President-elect Joe Biden and Vice President-elect Kamala Harris, Monday, Jan. 18, 2021, in Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Jakarta -

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyatakan ekonomi akan jatuh hingga resesi jika Kongres gagal mengatasi batas pinjaman pemerintah. Utang AS sebesar US$ 28,781 triliun atau sekitar Rp 409.606 triliun (kurs dolar Rp 14.231).

"Saya menganggap 18 Oktober sebagai tenggat waktu. Akan menjadi bencana besar untuk tidak membayar tagihan pemerintah, bagi kami untuk berada dalam posisi di mana kami kekurangan sumber daya untuk membayar tagihan pemerintah," kata Yellen dikutip dari CNBC, Rabu (6/10/2021).

Pada Senin (4/10) lalu, Presiden Joe Biden telah meminta Kongres untuk menaikkan batas utang. Dia sempat menyalahkan Partai Republik dan Pemimpin Minoritas Senator Mitch McConnell, karena menghalangi Undang-undang yang akan mengangkat batas pinjaman melalui filibuster.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sepenuhnya (mengatakan) itu akan menyebabkan resesi juga," tambah Yellen.

Yellen mengatakan, dia telah memperingatkan Ketua DPR Nancy Pelosi dan Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer bahwa AS tidak akan lagi dapat membayar utangnya pada 18 Oktober 2021 mendatang. Dia menegaskan, anggota parlemen harus menaikkan atau menangguhkan plafon utang sebelum tanggal tersebut. Jika tidak, maka akan berisiko AS gagal bayar utang untuk pertama kalinya.

ADVERTISEMENT

"Kami kemungkinan akan berakhir dengan krisis keuangan, tentu saja resesi. Ini juga akan memiliki konsekuensi jangka panjang pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi bagi setiap orang yang meminjam," ujarnya.

Departemen Keuangan diketahui telah melakukan tindakan darurat untuk membayar penerimaan AS saat mencapai batas utang, tepatnya pada akhir Juli lalu. Tindakan luar biasa itu memungkinkan departemen untuk menghemat uang tunai dan menarik rekening tanpa menerbitkan obligasi baru.

Sementara AS tidak pernah gagal membayar utang, para ekonom mengatakan default akan memicu kerusakan luas melalui lonjakan suku bunga dan berpotensi menunda pemeriksaan Jaminan Sosial kepada sekitar 50 juta orang tua.




(zlf/zlf)

Hide Ads