Dua Jempol buat Neraca Dagang RI, Surplus 17 Bulan Berturut-turut

Dua Jempol buat Neraca Dagang RI, Surplus 17 Bulan Berturut-turut

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 15 Okt 2021 21:00 WIB
Suasana aktivitas bongkar muat di Jakarta International Container Terminal, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018). Aktivitas bongkar muat di pelabuhan tetap jalan di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpuruk. Begini suasananya.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Neraca dagang Indonesia tercatat surplus pada September 2021 ini. Capaian ini patut diacungi jempol mengingat sudah 17 bulan berturut-turut neraca dagang Indonesia positif.

Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono menjelaskan, ekspor pada September 2021 mengalami penurunan 3,84% dibanding bulan sebelumnya. Namun, dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya atau secara year on year (yoy) naik 47,64%.

"Nilai ekspor September 2021 mencapai US$ 20,60 miliar turun 3,84% kalau dibandingkan Agustus 2021. Sementara itu ekspor September ini kalau dibandingkan September 2020 masih mengalami peningkatan dan peningkatannya cukup signifikan, meningkat 47,64%," jelas Margo dalam konferensi pers virtual, Jumart (15/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara impor pada September ini mencapai US$ 16,23 miliar. Secara month to month atau dibandingkan Agustus 2021, impor mengalami penurunan 2,67%.

"Sementara jika dilihat secara year on year impor kita naik 40,31%," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Dengan begitu neraca perdagangan RI pada September 2021 ini mengalami surplus US$ 4,37 miliar. Pasalnya ekspor lebih besar dibanding impor.

Pada kesempatan tersebut, Margo mengatakan neraca dagang Indonesia tercatat surplus selama 17 bulan secara berturut-turut.

"Neraca perdagangan Indonesia ini selama 17 bulan secara berturut-turut membukukan surplus," katanya.

Surplus komoditas non migas yang menyumbang surplus terbesar di September 2021 adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, serta besi dan baja.

"Sedangkan kalau kita lihat negara memberikan andil terhadap surplus terbesar itu berasal dari Amerika Serikat, India dan Filipina," katanya.

Dia mengatakan, Indonesia mencatat surplus dengan Amerika Serikat sebesar US$ 1,57 miliar, India US$ 718,6 juta, dan Filipina US$ 713,9 juta. Namun, Indonesia mencatat defisit dari Australia US$ 529,7 juta, Thailand US$ 346,8 juta dan Ukraina US$ 247,2 juta.

"Ukraina kita defisit sebesar US$ 247,2 juta kemudian kalau kita lihat komoditas penyebab defisit dengan Ukraina adalah komoditas serelia dan juga besi dan baja HS 72," katanya.


Hide Ads