Heboh Split Bill di Twitter, Siapa yang Harus Bayar saat Kencan Pertama?

Heboh Split Bill di Twitter, Siapa yang Harus Bayar saat Kencan Pertama?

Siti Fatimah - detikFinance
Jumat, 22 Okt 2021 14:38 WIB
Closeup woman checking the price of foods on the bill after meal in the restaurant
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/patpitchaya
Jakarta -

Baru-baru ini heboh polemik split bill atau bayar masing-masing tagihan di media sosial. Kesadaran akan membayar tagihan makanan atau minuman jadi dipersoalkan karena beragam alasan.

Sebagian netizen menilai, saat mengajak orang lain untuk makan bersama, orang tersebut memiliki tanggung jawab untuk membayar semua tagihannya. Sementara yang lain menilai, tidak ada masalah sama sekali ketika harus split bill.

Persoalan split bill mendadak viral usai seorang netizen yang mengaku tak terima saat diajak makan kenalannya di media sosial tidak ditanggung sepenuhnya. Sementara si rekan menilai harus ada kesadaran masing-masing untuk membayar tagihan. Menurut dia, split bill menjadi salah satu etika, terlebih saat bertemu orang baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama gue ngajak orang makan (apalagi pertama kali) common sense yang gue anut adalah 'you pay what you want' dengan catatan gue bagi rata dengan orang tersebut," demikian cuitan salah satu curhatan viral soal split bill di Twitter.

Menurut Perencana Keuangan, Aidil Akbar Madjid etika mengenai permintaan split bill tidak bisa dikatakan benar atau salah. Dia menilai, hal itu normal saja dilakukan hanya yang membedakan adalah budaya dari tiap individu.

ADVERTISEMENT

Aidil membandingkan dengan fenomena split bill di luar negeri, Singapura misalnya. Di sana, kata dia, orang-orang cenderung tidak ingin dibayarkan oleh orang lain karena khawatir berutang secara finansial ataupun utang budi.

Sedangkan di Indonesia, budaya yang berkembang adalah salah satu pasangan cenderung membayarkan tagihan pasangan lainnya, sehingga hal itu menjadi ekspektasi berlebih di tiap individu ketika yang terjadi adalah kebalikannya.

"Menurut saya split bill nggak masalah ya, jadi di luar negeri ini suatu hal yang umum dilakukan. Normalnya saja bahwa ketika kita pergi kita harus siap dengan membiayai diri kita sendiri. Kalau pun pada akhirnya dibayarin ya itu rezeki," kata Aidil kepada detikcom, Jumat (22/10/2021).

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Dia menyarankan, ekspektasi tersebut harus diturunkan dan diubah menjadi pola pengaturan keuangan yang sehat. Dengan adanya split bill, tiap orang terbiasa untuk mengatur pengeluaran dan meminimalisir kesalahpahaman seperti yang viral baru-baru ini.

"Dari sisi keuangan juga bagus, kita bisa memanajemen (keuangan), dan kita kalau nggak siap untuk keluar, nggak punya uang lebih baik kita nggak keluar. Atau mungkin salah satunya bilang ke pasangan kalau kita nggak punya ongkos nah itu sebenarnya ngasih sinyal. Bisa dengan cara 'boleh nggak nanti ketemuannya tanggal 1 aja,' orang juga kan engeh nunggu tanggal gajian," tuturnya.

Sementara itu, Perencana Keuangan Andy Nugroho juga menilai tidak ada aturan jelas mengenai permintaan split bill menyalahi etika. Namun, kata dia bagi sebagian masyarakat tentu akan merasa aneh karena budaya yang berkembang selama ini.

"Mengenai split bill, kalo menurut saya sih sebenarnya tertulisnya aturan kan nggak ada persis cuman budaya kita apalagi ini first date, biasanya yang akan membayarkan yang cowok," ujar Andy.

Alasannya, kata dia, laki-laki pada kesempatan pertama bertemu dengan wanita biasanya akan berusaha menampilkan sisi positif dari pribadinya. Oleh sebab itu, kata dia, tak jarang laki-laki yang akan membayar tagihan makan, menjemput atau mengajak nonton.

"Jadi misalnya kemudian ada yang baru pertama kali nge-date lalu minta split bill apakah itu menyalahi etika? Mungkin buat sebagian besar couple akan terasa aneh, cuman kalau perempuan ga ada masalah dengan itu ya aman-aman aja," pungkasnya.


Hide Ads