Bisakah Ekonomi RI Bangkit Usai Pandemi Corona?

Bisakah Ekonomi RI Bangkit Usai Pandemi Corona?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 22 Okt 2021 15:27 WIB
Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menghadapi ancaman pandemi COVID-19. OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 4,9% di tahun 2021.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini harus menjadi pelajaran yang berharga dan peluang untuk Indonesia. Apalagi ada visi Indonesia Emas 2045.

Dalam diskusi yang digelar oleh Harvard Club of Indonesia (HCI) bertajuk: Bertumbuh di Dunia Pasca-Pandemi: Bagaimana Indonesia Bisa Bangkit dan Berjaya? Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan pandemi ini memberikan tantangan dan pelajaran serta peluang untuk menggenjot ekonomi nasional.

Bahlil mengungkapkan di masa pandemi, pemerintah melakukan reformasi terhadap regulasi, memberi kesempatan konsolidasi domestik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pandemi COVID-19 yang terjadi menggoyang ekonomi global sehingga foreign direct investment ke Indonesia turun signifikan. "Ekonomi kita tetap relatif baik dibandingkan negara lain, karena kita ditopang oleh investasi domestik, nah ini harus dilihat sebagai peluang," kata dia, dikutip Jumat (22/10/2021).

Menurut dia investasi memiliki peran penting untuk mendorong ekonomi nasional. Transformasi ekonomi harus didorong untuk mengarah pada hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah, Indonesia tidak boleh menjadi negara pengimpor bahan baku mentah.

ADVERTISEMENT

CEO Indonesia Investment Authority (INA) Ridha Wirakusumah mengatakan pandemi ini memberikan peluang baru untuk sistem dan layanan kesehatan, logistik dan infrastruktur, teknologi digital hingga kompetensi sumber daya manusia (SDM).

"Pandemi telah mengekspos kelemahan-kelemahan kita, dan saya rasa justru ini bisa jadi kesempatan Indonesia untuk memperbaiki akar masalahnya juga memperkuat area-area tersebut dengan lebih terfokus, seperti antara lain di bidang infrastruktur kesehatan, digital economy, digital infrastructure, kemampuan SDM, dan sustainability," jelas Ridha.

Ridha juga mengatakan bahwa INA terus menggali berbagai peluang kolaborasi dengan sejumlah investor baik investor dalam negeri dan investor global untuk berinvestasi di Indonesia. Menurutnya para investor memiliki ketertarikan yang tinggi untuk berinvestasi di Indonesia apalagi Indonesia terus membenahi ekosistem investasi, kepastian regulasi, serta proses investasi yang jelas dan transparan.

"Ketertarikan investor terus tinggi untuk berinvestasi di Indonesia karena kita punya begitu banyak potensi luar biasa. Tugas kita semua adalah untuk memastikan potensi itu dapat direalisasikan. Oleh karena itu, semua elemen pelaku usaha, pemerintah, dan stakeholder terkait harus bergerak bersama menuju satu tujuan," jelas Ridha.

Kemudian Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Arsjad Rasjid mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi dua perang sekaligus yaitu Pandemi COVID-19 dan Ekonomi.

Untuk menghadapi kedua peperangan tersebut, Arsjad mengatakan bahwa KADIN percaya dengan gotong royong. Gotong royong skala besar yang melibatkan berbagai elemen pengusaha, masyarakat dan pemerintah untuk melawan pandemi dan pada saat yang bersamaan menjaga serta memulihkan sektor ekonomi.

"KADIN percaya kedua perang ini dapat kita menangkan dengan gotong royong, dan dengan pendekatan gotong royong inilah kita melawan pandemi, mulai dari vaksinasi, hingga berbagai program dan aktivitas untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, termasuk membantu pada pelaku mikro dan UMKM kita untuk tetap tangguh menghadapi pandemi dan bisa naik kelas. Tentunya ini akan memperkuat strategic roadmap kita menuju Indonesia emas 2045," jelasnya.

Arsjad kemudian mengatakan bahwa semua elemen bangsa harus bekerja sama demi memastikan proyeksi Indonesia sebagai negara dengan ekonomi ke-7 di dunia pada tahun 2030 dapat tercapai sebagai milestone dari visi Indonesia Emas 2045.

"Menurut KADIN ada lima cara untuk merealisasikan hal tersebut, yakni: Mendorong teknologi digital untuk meningkatkan sektor pertanian; Mempercepat adopsi Industri 4.0; Membawa teknologi modern kepada pelaku UMKM; Memfokuskan program pelatihan pada kebutuhan masa depan dalam hal ini membangun rantai pasokan dan kekuatan logistik; serta Mengeksekusinya secara konsisten," tutupnya.


Hide Ads