UD Karya Indonesia melakukan ekspor ke Hamburg, Jerman senilai Rp 400 juta. UD Karya Indonesia merupakan UKM penghasil kerajinan penghasil kerajinan home decor dari bahan dasar batu dan kayu fosil.
Pelepasan ekspor yang digelar Jumat, (22/10) dihadiri Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Dikatakan Teten, ekspor ini menjadi bukti produk buatan UD Karya Indonesia bernilai tinggi sehingga dilirik buyer luar negeri.
"Ini sangat berbeda dan saya lihat sendiri memang kualitasnya internasional. Produk custom seperti ini bukan mass product, jadi memang sangat otentik. Saya harap Tulungagung bisa jadi sentra produksi kerajinan batu dan kayu fosil," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Teten menyampaikan ekspor ini juga membuktikan minat pasar luar negeri terhadap produk Indonesia masih tinggi meskipun pandemi membuat logistik terganggu dan biaya pengiriman kontainer mahal. Oleh karena itu, ia mengimbau agar seluruh pihak dapat mendukung usaha, khususnya terkait sistem logistik.
"Konsolidasi bisa lebih mudah menembus pasar luar negeri," kata Teten.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Teten menyebut nilai ekspor Indonesia September 2021 mencapai US$ 20,60 miliar dolar (Rp 291,7 triliun), yakni naik sebesar 47,64%. Sementara ekspor nonmigas September 2021 mencapai US$ 19,67 miliar dolar (Rp 278,5 triliun) tumbuh 48,03% dibanding ekspor nonmigas pada September 2020.
Sementara berdasarkan sektor, Teten menjelaskan ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari-September 2021 naik 35,40% dibanding periode sama di tahun 2020. Hal ini juga terjadi pada ekspor hasil pertanian yang naik 6,37% dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 76,29%.
Berdasarkan provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-September 2021 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 24,67 miliar atau Rp 348,9 triliun (15,02%). Adapun angka ini kemudian diikuti Jawa Timur dengan nilai US$ 16,93 miliar atau Rp 239,4 triliun (10,31%) dan Kalimantan Timur sebesar US$ 16,11 miliar dolar AS atau setara Rp 227,8 triliun (9,80%).
"Jatim termasuk terbaik kedua ekspor setelah Jabar. Potensi ekspor Jatim ini bisa kita lihat sangat besar," katanya.
Sementara itu, Pemilik UD Karya Indonesia Nanang Setiawan menuturkan pembeli produknya mayoritas datang dari Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris, Kanada, Belanda, dan Arab Saudi. Soal harga, sebelum pandemi COVID-19, bathtub buatannya pernah dihargai oleh Raja Arab Saudi senilai US$ 2 juta atau setara Rp 28,2 miliar.
Mantan Pegawai Telkom ini menceritakan pada saat itu dirinya dipanggil langsung ke Arab Saudi untuk menceritakan proses pembuatannya. Punya harga tinggi, bathtub buatannya juga meraih Guinness Book of Record sebagai produk termahal.
Produk custom buatan UD Karya Indonesia yang paling banyak diminati adalah wastafel dan coffee table dari kayu fosil. Namun saat pandemi, ia hanya melakukan ekspor 1 kontainer ke AS dan tahun ini baru mengirim 1 kontainer ke Hamburg, Jerman senilai Rp 400 juta.
"Karena kendala pandemi hanya bisa kirim 1 kontainer saja. Saya berharap, ke depan pemerintah bisa menstabilkan harga logistik dan kelangkaan kontainer," tandasnya.
(prf/ara)