Perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS), Moderna sepakat menjual hingga 110 juta dosis vaksin COVID-19 ke negara Uni Afrika (African Union). Ini sebagai bukti komitmen mereka membantu negara miskin yang tingkat vaksinasinya jauh lebih rendah.
Dilansir dari Forbes, Selasa (26/10/2021), kesepakatan itu datang ketika Moderna mendapat kritik karena tidak membagikan resep vaksinnya ke produsen di negara-negara miskin yang dapat memproduksi vaksin untuk pasar lokal mereka.
Moderna sebelumnya mengatakan tidak bisa secara langsung memasok banyak dosis vaksin dengan cepat ke negara-negara miskin karena memiliki kapasitas produksi yang terbatas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok Afrika Selatan bernama Afrigen Biologics and Vaccines saat ini memimpin upaya untuk mereplikasi vaksin Moderna sehingga dapat diproduksi dan didistribusikan ke benua tersebut. Para ahli menilai prosesnya akan jauh lebih sederhana jika perusahaan seperti Moderna atau Pfizer setuju untuk berbagi keahlian mereka.
"Perusahaan-perusahaan itu sejauh ini belum membagikan pengetahuan mereka meskipun menghadapi tekanan publik, termasuk tuntutan pemerintahan Biden pada Moderna," katanya.
Pekan lalu, WHO berencana mencari dana sebesar US$ 22,8 miliar untuk mengirimkan vaksin COVID-19 dan obat antivirus ke negara-negara miskin. Hal ini untuk mendorong 40% orang di semua negara divaksinasi pada akhir tahun ini dan 70% pada pertengahan 2022.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mencatat bahwa kelangkaan vaksin tidak menjadi masalah karena saat ini 1,5 miliar dosis vaksin sedang diproduksi per bulan. "Ini bukan masalah pasokan; itu masalah alokasi," katanya.
(aid/dna)