Google dan raksasa teknologi lainnya telah mendat sorotan dari banyak negara terkait praktik anti-persaingan dalam beberapa tahun terakhir. Australia diketahui telah meminta Google untuk memasukkan opsi 'mesin pencarian' lain di smartphone pengguna.
Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) telah menemukan bahwa lebih dari sepertiga pengguna Android tidak tahu cara mengubah browser default di smartphone mereka dan 'terpaksa' memakai mesin pencarian yang disediakan Google.
Padahal, pengguna berhak memperoleh pilihan mesin pencarian yang lebih variatif ketimbang hanya menggunakan mesin pencarian Google. Karena itu entitas ingin Google menyertakan layar khusus untuk memilih fitur pencarian di Android.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ACCC juga menemukan bahwa Google mendominasi pasar pencarian online yang mengakibatkan kerugian pada pesaing lainnya. Maka dari itu raksasa teknologi lainnya meminta Google untuk memasang "layar pilihan" pada smartphone sehingga pengguna dapat memilih mesin pencarian mana yang mau mereka gunakan.
Dikutip dari Reuters, Kamis (28/10/2021) , Terkait permintaan Australia untuk memasukkan "layar pilihan" di Android, menurut ACCC Google saat ini memiliki 94% dari pasar pencarian online yang menghasilkan uang dengan penjualan berbagai iklan.
"Google membayar miliaran dolar setiap tahun untuk penempatan ini, yang menggambarkan bagaimana menjadi mesin telusur default sangat berharga bagi model bisnis Google," kata Ketua ACCC, Rod Sims dalam sebuah keterangan resmi.
Konsep "pilihan layar" yang diajukan ini bukanlah hal yang baru, karena faktanya Google telah menerapkan langkah tersebut pada dua tahun lalu yang ditujukan untuk perangkat Android di beberapa negara Eropa.
Laporan yang merupakan bagian dari pemeriksaan ACCC ini dikatakan sedang dalam peninjauan lebih lanjut oleh perusahaan Google, dimana perusahaan berharap dapat mendiskusikannya dengan ACCC dan pemerintah.
(dna/dna)