Ekonom Senior Faisal Basri menepis pandangan yang menyebutkan dirinya pihak yang anti investasi China. Hal itu seiring dengan sederet kritikan pedasnya terhadap proyek-proyek besar yang berkaitan dengan investasi China seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Hal itu ditegaskannya saat berbincang dalam acara Blak-blakan detikcom.
"Saya sama sekali tidak anti investasi China, sama sekali tidak. Bahkan saya yang menyampaikan menjelang pemilu bahwa investasi China di Indonesia itu tidak seberapa," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faisal menjelaskan saat itu dia mengatakan bahwa Indonesia hanya berada di urutan ke-22 dalam daftar negara penerima investasi dari China. Indonesia masih kalah dari Malaysia, Singapura dan Thailand untuk meraup investasi dari China.
Menurutnya hal itu seharusnya juga menjelaskan bahwa Indonesia tidak dikuasai sepenuhnya oleh China. Sebab masih banyak negara lain yang menerima suntikan investasi dari China yang jauh lebih besar.
"Itu saya sampaikan, jadi tidak benar kalau kita dikuasai oleh China, sampai sekarang pun kita tidak dikuasai oleh China. Pinjaman dari China pun tidak besar, pinjaman terbesar adalah dari Singapura, jadi kita tidak dibeli oleh China," tambahnya.
Namun, lanjut Faisal, ada beberapa hal negatif dari investasi China di Indonesia. Salah satunya terkait tenaga kerja. Menurut catatannya, perbandingan investasi China dengan tenaga kerja yang dibawanya 3,4.
"China itu koefisiennya 3,4. Jadi kasarnya untuk US$ 1 juta yang masuk ke Indonesia dia bawa 3,4 orang. Nah kalau Singapura bahwa 0,1 orang, kan jauh sekali. Terbesar kedua adalah Korea 1,6. Tapi China jauh 3,4," tegasnya.
Menurutnya hal itu yang harusnya diwaspadai oleh pemerintah Indonesia saat menerima investasi dari China. Jangan terlalu mudah mengabulkan keinginan China dalam proses negosiasi.
Lanjut ke halaman berikutnya