Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan sempat menyinggung penggunaan GeNose C19 di tengah mahalnya harga tes RT-PCR saat belum diturunkan. Dia menyayangkan teknologi COVID-19 yang diciptakan anak bangsa itu tidak didukung dan dioptimalkan.
"Tentang teknologi, artinya COVID ini kita berada di suasana yang begitu hebatnya kok tidak muncul kehebatan di bidang lain misalnya GeNose, dan sama sekali kita tidak menemukan jejak di bidang kesehatan," kata Dahlan dalam diskusi bertajuk 'Bisnis Dibalik Pandemi' yang digelar secara virtual, Jumat (29/10/2021).
Sekedar informasi, GeNose merupakan alat pendeteksi COVID-19 melalui embusan napas yang merupakan karya anak bangsa dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Keberadaannya sempat menjadi syarat perjalanan seperti RT-PCR dan rapid antigen pada 5 Februari 2021, namun dihentikan sejak 5 Juli 2021 karena dianggap memiliki tingkat efektivitas rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, bagaimana nasib GeNose saat ini? Juru Bicara Tim GeNose, M. Saifudin Hakim mengatakan izin edar GeNose C19 masih berlaku sampai saat ini. Dengan begitu tidak ada larangan penggunaan GeNose C19 di masyarakat.
"Ke depannya, GeNose C19 bisa kita kembangkan untuk mendeteksi penyakit-penyakit terkait pernapasan lainnya, tidak hanya COVID-19. Hanya dengan mengganti 'otak'-nya itu tadi," ujar pria yang juga dosen Departemen Mikrobiologi UGM dalam keterangan resmi dikutip detikcom, Selasa (2/11/2021).
Berdasarkan pantauan di sosial media resminya, GeNose C19 masih aktif digunakan sebagai alat skrining di berbagai sektor dan kegiatan antara lain perkantoran, sekolah, kampus, pondok pesantren, dan korporasi.
"Dalam rangka penyelenggaraan Pertemuan Tatap Muka (PTM) yang dilaksanakan sejumlah sekolah di wilayah Yogyakarta, GeNose C19 melaksanakan program GeNose C19 Goes to School yang dilaksanakan di SMK Negeri 3 Yogyakarta dan SMK Negeri 6 Yogyakarta," ucapnya.
Hakim menyebut absennya penggunaan GeNose C19 pada sektor transportasi dimanfaatkan oleh Tim Peneliti dan Pengembang GeNose untuk menambah data varian baru COVID-19 pada alat tersebut.
Penambahan data varian baru dianggap akan memperkuat Artificial Intelligence (AI) dan akurasi GeNose C19. Sebab itu, menurut Hakim, penggunaan GeNose harus terus digunakan pada situasi nyata agar semakin akurat.
"GeNose C19 ini ibarat hidung sekaligus otak elektronik. Jika keduanya dilatih terus secara serempak, kita akan memiliki teknologi inovatif yang praktis, simpel, dan tepat," paparnya.
Uji validasi eksternal pun masih dilakukan oleh GeNose C19. Hal tersebut berguna untuk membantu hidung elektronik mengendus terduga COVID-19 dengan lebih akurat pada situasi langsung di lapangan.
(aid/zlf)