Siberkreasi bersama Facebook, Kementerian Komunikasi dan Informatika, WIR Group, dan Shinta VR mengadakan diskusi online dengan mengangkat topik 'Metaverse Era Baru Dunia Digital' pada pekan lalu. Diskusi tersebut membahas membahas mengenai apa itu Metaverse yang belum lama ini diusung oleh pendiri Facebook Mark Zuckerberg.
Dalam diskusi tersebut setidaknya terdapat tiga narasumber yang hadir yakni Group Chief Innovation Officer & Co-Founder WIR Group, Jeffrey Budiman, VP of Marketing di Xendit/Co-Managing Director of Girls in Tech Indonesia, Nafinia Putra dan Managing Director Shinta VR Andes Rizky.
Webinar dibuka dengan pembahasan tentang pengumuman Facebook yang melakukan rebranding dengan merangkul ide futuristik melalui Metaverse. Lalu, apa itu Metaverse?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metaverse dapat didefinisikan menjadi dunia nyata pada tingkat sepenuhnya yang baru, yang dibangun dari konvergensi virtual dan dunia nyata. Metaverse sendiri merupakan langkah revolusioner setelah teknologi internet dan sosial media hadir dalam kehidupan masyarakat, yang dapat mengubah cara pengguna terhubung ke internet, serta juga apa yang pengguna sambungkan ke internet.
Menanggapi hal tersebut, Jeffry menuturkan pandemi mengharuskan siapapun beradaptasi dengan teknologi lebih cepat untuk bertahan. Itulah alasan mengapa telah lahir banyak inovasi-inovasi baru yang berguna untuk menggantikan kegiatan berinteraksi langsung. Jeffrey pun melanjutkan pembahasannya terkait definisi Metaverse dan apa kegunaannya di masa depan.
"Metaverse adalah sebuah ruang virtual yang dapat digunakan bersama, di mana ada dunia baru di mana para pengguna direpresentasikan melalui avatar untuk melakukan aktivitas, berinteraksi layaknya di dunia nyata," jelas Jeffry dalam keterangan tertulis, Minggu (7/11/2021).
Ia menjelaskan konsep science fiction sudah diperkenalkan dalam literasi sci-fi sejak 1992, dipromosikan melalui karya-karya film dan kini telah hadir di tengah-tengah kita. Mencapai titik Metaverse sebagai ekosistem dunia digital yang baru membutuhkan proses, sama halnya dengan perjalanan WIR memperkenalkan teknologi Augmented Reality sejak 2009.
Jeffrey lalu mendemonstrasikan teknologi Augmented Reality secara langsung, yang digunakan dalam ranah pendidikan untuk membuat proses pembelajaran lebih menarik. Ia juga memperlihatkan teknologi Augmented Reality yang dirancang khusus untuk kepentingan pemasaran.
Itu semua dibuat karena ia percaya berbagai hal dan usaha untuk memenuhi kebutuhan masih dapat dilakukan selama pandemi, hanya saja butuh pemahaman dan kesiapan untuk berinovasi demi memudahkan para pengguna untuk merasakan jasa yang ditawarkan atau produk yang dijual.