Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia sudah menjalin kerja sama melalui investasi dengan Uni Emirat Arab (UEA) dengan total nilai US$ 44,6 miliar atau sekitar Rp 636 triliun (asumsi kurs dolar Rp 14.278).
Investasi tersebut ditargetkan akan terealisasi paling lambat sampai awal tahun 2024 mendatang.
"Kita punya komitmen investasi yang sudah kita teken di sana sebesar US$ 44,6 miliar, ini bukan angka kaleng kerupuk nih," kata Bahlil dalam konferensi pers virtual, Kamis (11/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, dari total US$ 44,6 miliar akan terbagi dalam dua bagian. Pertama US$ 18 miliar atau Rp 257 triliun di INA (Indonesia Investment Authority) dan sisanya di Kementerian Investasi.
"Sekarang target kita ini kan US$ 44,6 miliar bukan tahun 2022 (saja). Semua ini kita rencanakan sampai 2023 akhir atau paling lambat awal 2024 semua sudah terealisasi. Kami ingin komitmen ini harus berakhir sebelum masa periodesasi Pak Jokowi dan Ma'ruf Amin berakhir," sambungnya.
Lebih lanjut, pihaknya menargetkan di tahun 2022 minimal sudah terealisasi US$ 8 miliar atau sekitar Rp 114 triliun masuk ke Indonesia. Hal itu bukan tanpa alasan, dia mengatakan, air products investasi untuk proyek gasifikasi batubara akan mulai berjalan pada Januari 2022.
"Sudah akan jalan 2022 Januari itu dengan pertamina dengan PTBA (PT Bukit Asam) dan air product dengan pengusaha nasional membangun DME (pengganti LPG)," jelasnya.
Simak Video: 10 Negara Investor Terbesar di Indonesia