Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan, saat ini Indonesia berhasil menurunkan tekanan pandemi COVID-19.
Dia menyebut pada Juli lalu Indonesia berada di angka 56 ribu kasus harian. "Sangat ngeri sekali saat itu. Bapak ibu kalau datang ke rumah sakit atau melihat kondisi wisma atlet, itu BOR nya sangat tinggi di atas 90%," kata dia.
Jokowi mengungkapkan per 23 November 2021 kasus harian di angka 394 kasus per hari. Pemerintah berupaya untuk mendorong proses vaksinasi dan akhir tahun ini ditargetkan ada di angka 280 juta - 290 juta dosis yang sudah disuntikan kepada masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 1 setengah tahun, pandemi COVID-19 berbagai negara hanya memikirkan urusan kesehatan dan vaksinasi. Namun setelahnya terjadi kelangkaan energi, kontainer, inflasi yang naik dan ini akan berdampak pada konsumen.
Di Indonesia sendiri, pandemi disebut berhasil dikendalikan. Tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 yang berada di level 7,07% lalu kuartal III di level 3,51%.
"Kenapa bisa turun di kuartal II dan III? Karena kita ada PPKM darurat satu bulan penuh kita rem total karena masuknya varian delta yang tidak disangka," jelas dia.
Namun saat ini jika dilihat aktivitas ekonomi di Indonesia dan indeks keyakinan konsumen sudah kembali normal seperti sebelum pandemi.
Jokowi juga menyebut untuk penjualan ritel mulai merangkak naik seiring dengan meningkatnya mobilitas manusia. Kemudian PMI manufaktur juga tercatat membaik bahkan lebih tinggi dibanding sebelum pandemi sebesar 51 dan saat ini di level 57,2.
"Apa artinya? Bahwa demand itu sudah ada dan semakin baik. Kalau demand ada manufaktur, pabrik dan industri pasti akan berproduksi," jelas dia.
Simak Video "Video Menkeu Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,7-5%"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/zlf)