Pandemi Bikin Rantai Pasok Global Kacau Balau

Pandemi Bikin Rantai Pasok Global Kacau Balau

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 24 Nov 2021 22:15 WIB
Suasana aktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, IPC, Jakarta Utara, Kamis (14/11/2019).
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Mantan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi bicara soal rantai pasok global kacau gegara pandemi. Bayu mengatakan saat kegiatan ekonomi terbuka kembali usai pandemi terkendali permintaan langsung naik pesat.

Bayu menilai pada saat-saat ini orang-orang mulai berani untuk belanja. Sayangnya hal ini tidak bisa direspons cepat dari sisi suplai atau produsennya.

"Secara ekonomi saat vaksin berhasil dan ekonomi dibuka kembali, yang respons cepat adalah demand. Orang menahan diri kemarin dan mulai belanja cari produk sekarang. Nah ini nggak bisa direspons cepat sama supply side-nya, dia nggak luwes," ungkap Bayu dalam diskusi via Twitter Space dengan ekonom Didik Rachbini, Rabu (24/11/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sisi produksi yang tadi tenaga kerja nggak ada, adanya lockdown bahan baku tidak terkirim dan lain-lain untuk produksi dan kirimkan produknya lagi tidak secepat demand-nya," ujarnya.

Contoh mudahnya, dari ritel fesyen saja, dia menyatakan kemungkinan permintaan pakaian sedang mengalami kenaikan. Bisa jadi juga peritel besar sedang kewalahan memenuhinya. Apalagi momen liburan sudah mulai berdatangan, misalnya di Amerika saja ada hari Thanksgiving ataupun persiapan natal.

ADVERTISEMENT

"Dari pakaian saja, permintaan pakaian naik dua kali lipat. Di semua merek Zara, H&M, dan lain-lain naik besar," ungkap Bayu.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Sialnya lagi, krisis kontainer terjadi. Banyak kontainer tertahan di pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di Amerika. Hal itu terjadi karena adanya penutupan pelabuhan. Kejadian ini membuat barang menjadi macet untuk didistribusikan.

Masalah juga diperburuk dengan adanya krisis ketenagakerjaan di Amerika, puluhan ribu posisi pengemudi truk kehilangan tenaga kerja. Hal itu bisa membuat rantai pasok barang makin mengalami kekacauan dan kemacetan.

"Terjadi kekurangan 80-90 ribu supir truk di pantai barat Amerika, kalau 80 ribu sopir truk tidak bekerja artinya 80 ribu truk dan kontainer tidak bisa bergerak. Barang pun macet," kata Bayu.

Imbas dari kacaunya rantai pasok global ini, menurut Bayu adalah inflasi. Hal itu terjadi karena peningkatan permintaan yang tidak bisa dipenuhi oleh produsen, ujungnya kenaikan harga lah yang terjadi.

"Sekarang timbul lagi inflasi, karena demand tumbuh dibanding supply," ungkap Bayu.


Hide Ads