Pemerintah Australia akan meninjau kembali rencana untuk melonggarkan pembatasan hingga sekolah tatap muka. Hal itu dilakukan setelah Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan kasus pertama varian COVID-19 baru Omicron dari Afrika Selatan.
Ada dua kasus yang terdeteksi positif varian Omicron setelah perjalanan dari Afrika Selatan. Dengan adanya kasus baru itu, pemerintah Australia menetapkan orang yang pulang dari Afrika Selatan harus karantina 14 hari. Pemerintah pun sudah menutup pintu bagi negara-negara lain.
Morrison meminta warga untuk tetap tenang. Ia juga meyakini bahwa data belum sepenuhnya membuktikan tingkat keparahan, penularan, dan resistensi vaksin untuk varian Omicron.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kami hanya mengambil satu langkah pada satu waktu, mendapatkan informasi terbaik, membuat keputusan yang tenang dan masuk akal," kata Morrison dikutip dari Reuters, Senin (29/11/2021).
Dengan adanya kasus baru Omicron akan menjadi ancaman Australia yang akan memperketat perbatasan kembali. Padahal pemerintah telah mengizinkan warga yang divaksinasi dua kali masuk Australia tanpa karantina mulai 1 November setelah menutup perbatasan selama lebih dari 18 bulan.
Kontrol perbatasan yang ketat telah membantu Australia menjaga jumlah kasus COVID-19 jauh lebih rendah daripada banyak negara lain.
Varian Omicron memang menjadi perhatian World Health Organization (WHO) karena lebih menular daripada varian sebelumnya. Namun, para ahli belum tahu apakah itu akan menyebabkan gejala COVID-19 yang lebih parah atau tidak dibandingkan varian lainnya.
(ara/ara)