Jumlah anak dan cucu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini terbilang banyak. Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan jika banyaknya anak cucu perusahaan ini justru tidak menguntungkan, malah mengganggu kinerja induk perusahaan.
Erick menyebutkan, hal tersebut terjadi karena pengelolaan yang kurang maksimal. "Kita lihat masih banyak anak cucu BUMN yang kecil yang mohon maaf dikelola tidak maksimal, jadi dengan holding ibarat anak cucu ini nyedot terus seperti benalu di pohon," ujar dia dalam rapat komisi VI DPR, Kamis (2/12/2021).
Oleh karena itu, Erick meminta izin parlemen untuk melepas anak cucu BUMN kecil atau yang usahanya tak sejalan dengan perusahaan induk. Misalnya anak usaha BUMN yang bergerak di bidang penyediaan air, aspal, hingga binatu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erick mengungkapkan segera menawarkan BUMN ini ke swasta melalui tender terbuka. Dengan pengalihan tersebut diharapkan bisa membantu perekonomian dan menciptakan lapangan kerja hingga menciptakan pengusaha baru.
Dia tak ingin holding BUMN yang sudah dibenahi ini dirusak oleh kinerja buruk anak cucu usahanya. Dia mencontohkan seperti holding semen, perkebunan, pertambangan, dan migas. Dia mengungkapkan contohnya PT Energi Management Indonesia (EMI) yang diambil PLN.
Kemudian perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang mengelola transisi renewable energy. "Hal ini terus terjadi dan dikonsolidasikan terus," jelas dia.
Saat ini sudah ada 108 perusahaan BUMN yang dikerucutkan dan menjadi 41 entitas. Saat ini menurut Erick ada tiga ancaman yaitu globalisasi, disrupsi digitalisasi yang berat dan bahan baku yang masih impor.
"Jadi daripada tidak fokus, lebih baik fokus ke main business," jelasnya.
(kil/ara)