Daftar Proyek yang Bikin Angkasa Pura I Terlilit Utang Jumbo Rp 35 T

Daftar Proyek yang Bikin Angkasa Pura I Terlilit Utang Jumbo Rp 35 T

Siti Fatimah - detikFinance
Senin, 06 Des 2021 12:49 WIB
PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang melakukan Operasi Boyong. Operasi ini merupakan tahap akhir dari bandara baru ini.
Foto: Dok
Jakarta -

PT Angkasa Pura I (Persero), salah satu perusahaan milik negara kini tengah terlilit utang. Hingga saat ini, utang operator bandara itu mencapai Rp 35 triliun dan diprediksi bertambah jika tidak segera ditangani.

"Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi COVID-19 di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir. Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura I," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi dalam keterangannya yang diterima, Senin (6/12/2021).

Di saat bersamaan, Angkasa Pura I juga melakukan pengembangan dan pembangunan bandara baru. Biaya yang dikeluarkan pun hingga triliunan rupiah. Sayangnya pembangunan dan pengembangan bandara tersebut tidak diiringi dengan peningkatan jumlah penumpang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa proyek pengembangan yang dilakukan Angkasa Pura I yaitu Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp 12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp 2,3 triliun, dan Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang menghabiskan biaya Rp 2,03 triliun.

Kemudian ada juga Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp 2,6 triliun, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon dan Bandara El Tari Kupang.

ADVERTISEMENT

Semua biaya perbaikan dan pengembangan bandara tersebut dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi. Menurutnya, hal ini dimaksudkan untuk menjaga konektivitas udara tanah air tetap terbuka serta mempercantik gerbang udara daerah lebih menarik.

Di sisi lain, meski sudah dilakukan pengembangan dan pembangunan bandara, tingkat jumlah penumpang masih kecil bahkan menurun drastis. Pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta penumpang. Namun ketika pandemi COVID-19 di awal 2020, trafik penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang dan pada 2021 ini diprediksi hanya mencapai 25 juta penumpang.

Lanjut halaman berikutnya.

Simak juga Video: Terdampak Pandemi, Pengelola Bandara YIA Minta Diskon Pajak

[Gambas:Video 20detik]



Sama halnya dengan pendapatan Angkasa Pura I yang juga tergerus. Pada 2019, pendapatan Angkasa Pura I mencapai Rp 8,6 triliun, anjlok di 2020 di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp 3,9 triliun dan diprediksi pada 2021 ini pendapatan juga akan mengalami sedikit penurunan akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang.

Dengan situasi trafik yang menurun dan adanya tekanan keuangan, Angkasa Pura I harus dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara. "Namun di tengah situasi sulit ini, manajemen telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis untuk meminimalisir dampak pandemi terhadap kinerja Angkasa Pura I, yaitu dengan melakukan restrukturisasi operasional dan finansial," ujarnya.

Perihal pembangunan dan pengembangan Bandara, Faik mengatakan secara konsolidasi menambah aset perusahaan. Pada tahun ini aset akan mencapai Rp 44 triliun dari semula Rp 24 triliun di 2017 saat proyek-proyek pengembangan bandara mulai dilaksanakan.

Sebelumnya diberitakan, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (Wamen BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan kondisi keuangan PT Angkasa Pura I (Persero). Dia mengatakan, perusahaan pelat merah itu dalam tekanan berat salah satunya dari bandara baru yang dibangun.

"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka ini sekarang utangnya mencapai Rp 35 triliun. Dan kalau kita rate, loss nya bulanan mereka Rp200 miliar itu mereka setelah pandemi utangnya bisa Rp38 triliun," kata Tiko, sapaan akrabnya, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jumat (3/12) lalu.

"Ini kami sedang terus lakukan rasionalisasi-rasionalisasi supaya bisa efisiensi dan memang beban mereka berat sekali karena bandara baru. Ini sebagai komparasi Bandara Kualanamu ini profitable dan udah cukup berumur dan seperti Yogyakarta ini beban berat sekali," sambungnya.


Hide Ads