Terlilit Utang Jumbo Rp 35 T, Angkasa Pura I Klaim Jumlah Penumpang Naik

Terlilit Utang Jumbo Rp 35 T, Angkasa Pura I Klaim Jumlah Penumpang Naik

sit - detikFinance
Selasa, 07 Des 2021 11:14 WIB
PT Angkasa Pura I memprediksi kenaikan jumlah penumpang pada liburan Nataru 2021 sebesar 25 persen. Atau berkisar 10 ribu orang penumpang setiap harinya.
Foto: PIUS ERLANGGA
Jakarta -

PT Angkasa Pura I (Persero) tengah terlibat dalam kondisi yang sulit. Perusahaan milik negara yang bergerak sektor operator bandara ini terlilit utang mencapai Rp 35 triliun. Jika tidak dapat tertangani, utang tersebut dapat membengkak hingga Rp 38 triliun.

Di tengah isu utang piutang, Angkasa Pura I merilis bahwa pertumbuhan trafik penumpang meningkat pada November lalu jika dibandingkan dengan Oktober 2021. Pertumbuhan tersebut disebutkan meningkat sebanyak 16,7% atau sekitar 3,4 juta penumpang.

Pihak AP I juga menyebutkan trafik November ini tertinggi sejak Januari 2021. Selain itu, trafik pesawat juga disebutkan tumbuh 12,1% begitupun dengan trafik kargo, tumbuh sekitar 1% dari 39.028.581 kg (kilogram) pada Oktober menjadi 39.048.058 kg pada November 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Trafik penerbangan di 15 bandara yang kami kelola terus mengalami peningkatan pasca penerapan PPKM Darurat Juli lalu. Peningkatan merupakan salah satu indikasi mulai kembalinya kepercayaan diri penumpang untuk melakukan perjalan udara seiring dengan semakin terkendalinya penanganan COVID-19 secara nasional," ujar Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi dalam keterangannya, Selasa (7/12/2021).

Dia menambahkan, trafik penumpang tertinggi pada Oktober terletak di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebanyak 739.406 dan di Bandara Juanda Surabaya sebanyak 668.452. Kemudian di posisi ketiga disusul oleh Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali sebesar 555.97 pergerakan penumpang.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Faik mengakui kondisi keuangan dan operasional perusahaan selama pandemi COVID-19 mengalami tekanan yang cukup besar. Pendapatan pun ikut berkurang drastis. Per 2019 pendapatan AP I mencapai Rp 8,6 triliun kemudian anjlok drastis pada 2020 di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp 3,9 triliun. Pada 2021 pun pihaknya memprediksi akan kembali turun lantaran jumah penumpang hanya 25 juta.

Dengan situasi trafik yang menurun sekaligus tekanan keuangan, Angkasa Pura I juga dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara.

"Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi COVID-19 di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir. Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura I," kata Faik kemarin.

Lanjut halaman berikutnya.

Pihaknya pun tengah berupaya melakukan restrukturisasi yang ditargetkan selesai pada Januari 2022 mendatang.

Adapun kabar mengenai beban utang yang ditanggung oleh Angkasa Pura I diungkapkan oleh Wakil Menteri BUMN (Wamen BUMN) Kartika Wirjoatmodjo. Dia mengatakan, Angkasa Pura I sedang dalam tekanan berat dan beban terberatnya berasal dari bandara baru.

"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka ini sekarang utangnya mencapai Rp 35 triliun. Dan kalau kita rate, loss nya bulanan mereka Rp 200 miliar itu mereka setelah pandemi utangnya bisa Rp 38 triliun," kata Tiko, sapaan akrabnya, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jumat (3/12) lalu.

"Ini kami sedang terus lakukan rasionalisasi-rasionalisasi supaya bisa efisiensi dan memang beban mereka berat sekali karena bandara baru. Ini sebagai komparasi Bandara Kualanamu ini profitable dan udah cukup berumur dan seperti Yogyakarta ini beban berat sekali," sambungnya.


Hide Ads