Menyusul perbaikan ekonomi nasional saat memasuki akhir tahun kedua pandemi, sektor UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) juga terasa semakin menggeliat. Pembatasan sosial mendorong sejumlah pelaku usaha menjajal platform digital untuk menghidupkan bisnisnya.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat, jumlah UMKM yang sudah on boarding ke dalam ekosistem digital mencapai 15,9 juta atau 24,9% dari total pelaku UMKM di Indonesia. Angka itu melonjak pesat dari masa sebelum pandemi COVID-19, saat itu pelaku yang terhubung ke dalam platform digital baru sebanyak 8 juta UMKM.
Dampak positif pasar digital diungkap langsung oleh owner 'Kebab Baba Rafi', Nilam Sari. Ia menyebut, saat pemerintah memperketat pembatasan sosial, jalur online menjadi solusi dibandingkan pilihan ekspansi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilam yang memulai usahanya dari gerobak di pinggir jalan itu kemudian menitik beratkan usahanya untuk fokus dan kreatif di ranah digital. Ia kemudian memilih untuk mengusung konsep ghost kitchen (semacam virtual kitchen) dan pengembangan produk. Keputusan itu kemudian membuahkan hasil manis dengan keuntungan yang fantastis.
"Makin kenceng lagi (konsep ghost kitchen di 2020-2021), malah itu pas lockdown hampir 100% penjualan kita online melalui banyak platform. Karena kita adaptif dan cukup cepat, jadi kita lumayan dapat penjualan yang itu sejarah terbesar," tutur Nilam.
"Kita juga pernah develop frozen food. Itu rata-rata teman-teman pelaku UMKM yang jualan frozen, omzetnya gila semua. Naik, meroket beberapa kali lipat", imbuhnya.
Sejan dengan Nilam, konsultan pemasaran digital, Adythia Pratama, menilai UMKM jadi penyelamat perekonomian, khususnya di era pandemi. Meski demikian, UMKM sangat bergantung pada seberapa besar kapasitasnya dalam beradaptasi dengan pola pasar digital.
"UMKM sebenarnya selalu menjadi penyelamat ekonomi. Kalau dibilang kreatif kah kita masuk ke digital? Sebenarnya semua dipaksa masuk ke digital. Tapi yang dipaksa masuk ke digital ada yang bisa memanfaatkan dengan baik, ada yang masih terbata-bata," ungkap Adythia yang aktif di Guerilla Marketing Strategist.
"Rata-rata sekarang pelaku UMKM, kurang lebih 65 juta. Menyerap 96% tenaga kerja. Dari 65 juta, 64 jutanya itu usaha mikro yang di bawah 300 juta setahun omzetnya. Rata-rata, pemilik usaha mikro ini, kalau dibilang pengusaha masih abu-abu, karena masih self employed. Tugasnya yang paling penting adalah naik level yang mikro ke kecil, UMK. Itu akan jadi PR panjang di dunia digital," tambahnya.
(ids/fuf)