Jakarta -
Menjelang awal tahun, sederet barang-barang bahan pokok mengalami kenaikan harga. Mulai dari beberapa sembako hingga tabung elpiji harganya meroket.
Sejumlah biaya kebutuhan lain juga naik tahun depan. Mulai dari cukai rokok yang membuat harga rokok melambung, hingga rencana kenaikan tarif listrik.
Lalu, apa saja rincian harga-harga yang bakal naik?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Bahan Pangan
Harga pangan sebagai kebutuhan pokok mulai banyak yang naik. Beberapa komoditas sedang meroket tinggi harganya, mulai dari minyak goreng hingga cabai. Harga minyak goreng mengalami kenaikan signifikan sejak bulan November, di masa Natal dan Tahun Baru (Nataru) pun harga minyak goreng belum juga turun.
Dari penelusuran detikcom, pedagang telur dan minyak goreng, Elis di Pasar Cibubur, Jakarta Timur masih menjual minyak goreng di Rp 20 ribu per liter. Padahal, harga eceran tertinggi (HET) pemerintah untuk minyak goreng adalah Rp 11 ribu/liter.
"Kalau minyak goreng mah udah lama, kalau curah dari agennya Rp 18 ribu, di sini Rp 20 ribu (dijual ke pembeli). Kalau yang bermerek Sunco sih kita masih jual Rp 39 per 2 liter," kata Elis kepada detikcom, Jumat (24/12/2021).
Pedagang lain, Maruti menjual minyak goreng kemasan Rp 19 ribu per liter dan Rp 38 ribu per 2 liter. Sedangkan minyak goreng curah Rp 20 ribu.
"Yang curah jual, Rp 20 ribu, dari Rp 18 ribu-Rp 19 ribu sekarang Rp 20 ribu. Setiap datang barang pasti naik (harganya)," tambah Maruti.
Harga telur pun meroket tajam, masih di Pasar Cibubur, harga telor telah menyentuh Rp 32 ribu per kilogram (kg). Padahal sebelumnya pedagang menjual telur di harga Rp 26 ribu hingga Rp 27,5 ribu per kg. Kenaikannya pun terjadi dalam waktu singkat.
"Langsung ke Rp 32 ribu naiknya, langsung loncat. Baru hari ini jual Rp 32 ribu tadinya cuma Rp 26 ribu, langsung naik ke Rp 32 ribu," kata pedagang telur, Kiki.
Elis pun menjual telur Rp 31 ribu per kg. Dia menuturkan bahwa kemarin harga telur dalam sehari naik sampai 3 kali. Dia menjelaskan bahwa sekarang agen saja sudah tidak sanggup menyetok telur dalam jumlah banyak. Sebab, harga telur yang sudah terlalu tinggi memberatkan.
"Bayangin aja saya kemarin ngeteng Rp 27,5 ribu, Rp 28 ribu, hari langsung Rp 31 ribu. Modal hari ini udah Rp 30 ribu lebih," sebut Elis.
Harga cabai juga makin 'pedas'. Bahkan harga cabai rawit merah kini sudah menyentuh Rp 120 ribu per kilogram (kg). Pedagang cabai di Pasar Cibubur, Nana mengatakan bahwa harga cabai berangsur naik dalam beberapa waktu. Sebelumnya sempat naik ke Rp 80 ribu sebelumnya akhir meroket tajam.
"Rawit merah sekarang jadi Rp 120 per kg. Dari mulai Rp 80 kan terus naik, naik, naik terus tiap hari. Sekarang ini naiknya hari ini tinggi banget," kata Nana.
Pedagang lain, Sukardi juga menjual cabai rawit merah Rp 120 ribu saat ini, awalnya naik ke Rp 70 ribu dan terus mengalami kenaikan hingga saat ini.
"Kalau ini naik terus kalau rawit merah, itu dari tadinya murah banget ini, terus Rp 70 ribu, Rp 80 ribu, Rp 90 ribu, sekarang sudah Rp 120 ribu. Di (pasar) induk juga udah Rp 100 ribu lebih," jelas Sukardi.
Cabai rawit hijau juga naik drastis. Nana biasanya menjual di Rp 30-40 ribu per kg. Sekarang harganya sudah tembus Rp 60 ribu.
Sedangkan dikutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), cabai rawit hijau Rp 57.400 per kg (naik Rp 400), cabai rawit merah Rp 86.500 per kg (naik Rp 2.200), cabai merah keriting Rp 53.500 per kg (turun Rp 250), dan cabai merah besar Rp 50.850 per kg.
Lanjut ke halaman berikutnya
2. LPG Non Subsidi
Menyusul harga pangan, harga tabung gas Elpiji non subsidi ikut naik. Kenaikan terjadi sejak hari Sabtu 25 Desember yang lalu. Harga LPG nonsubsidi naik di kisaran Rp 1.600-2.600 per kilogram (kg). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga LPG nonsubsidi merespons peningkatan harga Contract Price Aramco (CPA) yang terus naik sepanjang 2021.
Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Sub Holding Pertamina Commercial & Trading Irto Ginting mengungkapkan pada November 2021 harga CPA tercatat US$ 847 per metrik ton. Ini merupakan harga tertinggi sejak 2014 atau naik 57% sejak Januari 2021.
Berapa harga isi ulang tabung gas saat ini? Dari informasi yang didapatkan contact center Pertamina 135 disebutkan untuk harga isi ulang Elpiji di Kabupaten Bogor dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan ukuran 5,5 kg seharga Rp 76 ribu atau Rp 13.900 per kg. Sedangkan untuk Elpiji 12 kg baik tabung biru maupun Bright Gas dibanderol Rp 163 ribu atau Rp 13.584 per kg.
Sementara itu untuk Elpiji subsidi 3 kg atau 'gas melon' harganya Rp 21 ribu atau Rp 7 ribu per kg yang konsumsi nasionalnya mencapai 92,5%. Yang perlu digaris bawahi, Elpiji subsidi ini tidak mengalami penyesuaian harga, tetap mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
3. Cukai Rokok
Bagi sebagian orang rokok menjadi salah satu kebutuhan pokok. Nah mulai tahun baru 2022 nanti, nampaknya harga rokok bakal meroket. Sebab, cukai rokok resmi naik rata-rata 12,05% per 1 Januari 2022 nanti.
Kemungkinan, harga rokok paling mahal akan dibanderol hingga Rp 40 ribu per bungkus. Perkiraan itu untuk rokok jenis SPM (sigaret putih mesin) I yang cukainya naik 13,9% dengan tarif Rp 1.065. Harga jual eceran (HJE) per batang terendah Rp 2.005 dan per bungkus Rp 40.100.
Sementara itu untuk jenis SKM (sigaret kretek mesin) I naik 13,9% dengan tarif Rp 985. HJE per batang terendah Rp 1.905 dan per bungkus (20 batang) Rp 38.100.
Lalu untuk jenis SKT (sigaret kretek tangan) IA naik 3,5% dengan tarif Rp 440. HJE per batang terendah Rp 1.635 dan per bungkus Rp 32.700.
Lanjut ke halaman berikutnya
4. PPN
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan atau UU HPP sudah diteken oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu. Lewat kebijakan tersebut, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bakal naik tahun depan.
Melansir salinan UU HPP, dalam pasal 7 ayat 1 disebutkan tarif PPN ditetapkan sebesar 11% yang mulai berlaku pada 1 April 2022. Saat ini tarif PPN masih 10%.
PPN sendiri merupakan pungutan yang dibebankan terhadap transaksi jual beli dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
5. Tarif Listrik
Para pelanggan listrik PLN sebaiknya bersiap-siap atas adanya rencana kenaikan tarif listrik atau tariff adjustment pada tahun depan bagi 13 golongan pelanggan listrik non-subsidi. Rencana tersebut sudah disinggung oleh pemerintah bersama Badan Anggaran DPR RI.
Angka kenaikan tarif listrik belum ditetapkan. Namun, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan itu akan diterapkan sesuai aturan awal pada 2022, dengan melihat kondisi pandemi COVID-19 yang terus membaik.
"Tarif listrik bagi golongan pelanggan non-subsidi ini bisa berfluktuasi alias naik atau turun setiap tiga bulan disesuaikan dengan setidaknya tiga faktor, yakni nilai tukar mata uang, harga minyak mentah dunia, dan inflasi," kata Rida dikutip dari Antara, Kamis (2/12/2021) lalu.
Pemerintah telah menahan penerapan skema penyesuaian tarif listrik sejak 2017. Itu karena daya beli masyarakat yang masih rendah. Kondisi itu membuat pemerintah harus memberikan kompensasi kepada PLN terhadap Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik atau tarif keekonomian dengan tarif yang dipatok pemerintah bagi pelanggan non-subsidi.
"Kapan tariff adjustment naik tentunya kami harus bicara dengan sektor lain. Kami hanya menyiapkan data dan beberapa skenario, keputusannya kepada pimpinan," jelas Rida.
Simak Video "Junimart: Sembako Bergambar Puan Adalah Kesepakatan Semua Anggota Fraksi PDIP"
[Gambas:Video 20detik]