Harga telur di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melambung. Peternak menyebut kenaikan ini merupakan rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Alhamdulillah untuk minggu ini ada kenaikan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya ya, sampai Rp 30.000 per kilogram. ini rekor sepanjang memelihara ayam baru kali ini harga menyentuh angka tersebut," ucap salah satu peternak, Muslih saat ditemui di peternakan miliknya di Kapanewon Lendah, Kulon Progo, Jumat (31/12/2021).
Muslih mengatakan kenaikan harga telur sudah terlihat sejak dua pekan belakangan. Dari kisaran Rp20.000 per Kg menanjak naik secara bertahap hingga kini menyentuh angka Rp30.000 per Kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Naiknya bertahap mas, awalnya itu sekitar Rp20.000, lalu naik sampai harga sekarang," ujarnya.
Muslih menyebut kenaikan ini disebabkan karena banyaknya permintaan telur dari pemerintah untuk keperluan bantuan sosial (bansos). Walhasil stok telur di peternak menipis. Di sisi lain peternak tetap harus memenuhi permintaan pasar yang disebutnya cukup tinggi jelang pergantian tahun 2021.
"Kemarin dapat banyak permintaan untuk paket bansos, jadi stok kami menipis, bahkan sampai kurang-kurang. Kemudian di akhir tahun ini permintaan telur dari pasaran juga naik," ucapnya.
Muslih mengatakan saat ini pihaknya mampu memanen sekitar 5 kwintal telur yang biasanya langsung diambil pengepul yang sudah berlangganan. Meski harga terbilang tinggi, telor di peternakannya selalu diborong habis pengepul untuk dijual ke sejumlah wilayah di Kulon Progo dan Yogyakarta.
"Benar-benar laris manis sekarang, sekali panen langsung habis mas, saya aja sampe kewalahan memenuhi permintaan pasar," ujarnya.
Dengan kenaikan harga yang dibarengi tingginya permintaan itu, Muslih mengaku sangat senang. Momen ini benar-benar dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para peternak setelah sebelumnya sempat merugi karena harga telur anjlok beberapa bulan lalu.
"Seneng banget kalau kondisi kaya gini, enggak kaya pertengahan 2021 lalu, harganya anjlok sampai Rp15.000 per kg, dari harga normal Rp20.000 an. Saat itu banyak (peternak) yang nyaris kukut (bangkrut)," ucapnya.