Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa meminta China untuk membantu merestrukturisasi utang negaranya. Upaya itu dilakukan demi mengatasi krisis keuangan yang memburuk di negaranya.
Melansir Reuters, Kamis (13/1/2022), Rajapaksa mengajukan permintaan keringanan pembayaran utang tersebut dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Kolombo pada hari Minggu kemarin
Sri Lanka sendiri sebenarnya mendapatkan pinjaman lunak dari China. Namun negara kepulauan itu saat ini berada di tengah krisis valuta asing yang menempatkannya di ambang default, menurut para analis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Presiden mengatakan akan sangat melegakan negara jika perhatian dapat diberikan pada restrukturisasi pembayaran utang sebagai solusi atas krisis ekonomi yang muncul dalam menghadapi pandemi COVID-19," kata pihak kantor Presiden Sri Lanka.
China adalah pemberi pinjaman terbesar keempat Sri Lanka, di belakang pasar keuangan internasional, Asian Development Bank (ADB) dan Jepang.
Selama dekade terakhir, China telah meminjamkan Sri Lanka lebih dari US$5 miliar untuk pembangunan jalan raya, pelabuhan, bandara, dan pembangkit listrik tenaga batu bara. Tetapi para kritikus menuduh dana itu digunakan untuk proyek gajah putih dengan pengembalian rendah, yang kemudian dibantah China.
"China selalu membantu Sri Lanka mengembangkan ekonominya sebaik mungkin," kata juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin pada briefing harian di Beijing
Rajapaksa juga meminta China untuk memberikan 'persyaratan konsesi' untuk ekspornya ke Sri Lanka, yang berjumlah sekitar US$ 3,5 miliar pada tahun 2020. Rajapaksa juga mengusulkan untuk mengizinkan turis Tiongkok kembali ke Sri Lanka asalkan mereka mematuhi pembatasan ketat COVID-19, termasuk hanya menginap di hotel yang telah disetujui sebelumnya dan hanya mengunjungi tempat wisata tertentu.
China jadi pengimpor utama ke Sri Lanka. Klik halaman berikutnya.