Buat yang Doyan Flexing Alias Pamer Kekayaan, Hati-hati!

Buat yang Doyan Flexing Alias Pamer Kekayaan, Hati-hati!

Danang Sugianto - detikFinance
Sabtu, 22 Jan 2022 08:30 WIB
valentine
Ilustrasi liburan mewah/Foto: (FlyNZ)
Jakarta -

Ada satu fenomena ketika orang-orang suka pamer hartanya, berpakaian merek mahal, liburan ke luar negeri, hingga makan di tempat-tempat mewah melalui medsos. Nah, itu namanya flexing.

Pakar Bisnis Profesor Rhenald Kasali menjelaskan flexing merupakan fenomena yang biasa terjadi di kehidupan bermasyarakat. Fenomena ini ketika orang doyan memamerkan kekayaannya.

"Flexing yang sudah saya singgung sebelumnya. Saya pernah mengatakan kok sekarang ini banyak orang yang katanya kaya, tapi kok kaya dipamer-pamerkan," ujar Rhenald dikutip dari akun Youtube pribadinya, Jumat (21/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang juga Founder Yayasan Rumah Perubahan ini menjelaskan ada satu pepatah yang menyebutkan 'poverty screams, but wealth whispers'. Artinya justru orang kaya sesungguhnya sebenarnya tidak suka pamer. Fenomena flexing bisa diartikan mereka yang doyan pamer sebenarnya bukan orang kaya yang sesungguhnya.

"Jadi benar sekali bahwa orang-orang yang kaya itu tidak berisik, whispers. Jadi agak malu membicarakan tentang kekayaan. Jadi kalau orang masih melihat label harga, atau mempersoalkan uang berarti dia belum kaya. Jadi biasanya orang kaya diam-diam saja lah," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Rhenald kemudian membagikan pengalaman pribadinya. Dia pernah naik pesawat dan duduk di kelas ekonomi, ternyata yang duduk di sebelahnya bukan orang sembarangan.

Benar saja ternyata orang yang duduk di sebelahnya saat di pesawat merupakan salah satu orang terkaya di dunia. Itu juga dia ketahui saat orang terkaya itu mentraktir semua orang di sebuah restoran termasuk Rhenald sendiri.

"Berpakaian sangat sederhana ternyata dia adalah orang yang masuk dalam daftar orang terkaya di dunia," tutur Rhenald

Sebaliknya, banyak justru yang bukan orang kaya sesungguhnya tapi bergaya setinggi langit dan doyan pamer kekayaan. Ya, flexing mungkin sah-sah saja jika memang benar memiliki uang. Cuma yang bahaya jika doyan pamer di luar kemampuan finansial, akhirnya pakai fasilitas utang. Apalagi di era kemajuan teknologi saat ini, fasilitas utang muncul dengan berbagai model. Mulai dari kartu kredit, pay later, hingga pinjaman online (pinjol).

Bersambung ke halaman berikutnya, masih ada saran buat yang suka flexing. Langsung klik

Perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho menjelaskan, menggunakan fasilitas utang sebenarnya sah-sah saja jika untuk keperluan mendesak.

"Menurut saya apakah pay later selalu berdampak buruk enggak juga. Misalnya sekarang akhir bulan belum gajian, tiba-tiba orangtua sakit, harus pulang dan misalnya rumah di Balikpapan, harus naik pesawat, tapi duit lagi bokek. Ya mau nggak mau supaya saya bisa pulang dengan cepat ya ambil pay latter ini. Kalau seperti itu ya oke, karena sesuai fungsi yang lebih proper," terangnya saat dihubungi detikcom.

Namun, jika fasilitas utang itu digunakan untuk flexing, hanya untuk pamer-pamer di medsos tentunya sangat berbahaya. Sebab artinya aksi pamer yang dilakukan sudah melebihi kemampuan finansialnya.

"Apabila tujuannya untuk flexing, untuk ngakunya healing atau hanya untuk pencitraan saja, demi mengisi konten di sosmed, bahaya. Karena kita hanya akan terjebak, uang kita hanya muter untuk bayar pay later itu saja. Kadi kita mengonsumsi hal-hal yang sebenarnya sudah di luar kemampuan kita," terangnya.

"Karen ya kenapa alasannya pakai pay later, pakai kartu kredit demi mengejar kesenangan saat ini. Tapi kita harus bayar utang kita di kemudian hari. Kadang ada orang seperti itu, sebenarnya dihitung penghasilannya sudah minus, tapi dipaksain lagi lewat pay later untuk kepentingan yang tidak urgent," tambahnya.


Hide Ads