Minyak goreng jadi barang langka di tengah masyarakat. Padahal saat ini harga minyak goreng sudah dipatok Rp 14 ribu per liter, jauh lebih murah dari harga pasaran.
Praktik panic buying di tengah masyarakat disebut-sebut ikut membuat kelangkaan terjadi. Toko ritel kini kehabisan stok minyak untuk dijual karena banyak masyarakat yang berlebihan membeli minyak goreng.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin menjelaskan sebetulnya sejak awal kebijakan minyak goreng Rp 14 ribu per liter diumumkan, pihaknya memperhitungkan stok yang ada bisa dijual hingga dua pekan. Namun nyatanya tak begitu, panic buying terjadi di tengah masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Stok itu seharusnya yang ada di toko itu cukup dua minggu, tapi terjadi panik luar biasa," kata Solihin kala dihubungi detikcom, Minggu (30/1/2022).
Dia menjelaskan stok yang dijual sejak pertama kali kebijakan minyak goreng Rp 14 ribu per liter berlaku adalah stok lama dengan harga tinggi.
Pihaknya, menjual dengan harga Rp 14 ribu per liter kemudian meminta kompensasi atas selisih harga itu. Stok tersebut lah yang awalnya diprediksi bisa dijual sampai dua pekan.
"Jadi kan di toko ada istilah buffer stock, kalau pembelian normal itu stok cukup 2 minggu. Seharusnya. Kan kenyataannya ini beda pembeliannya," ungkap Solihin.
Padahal setiap orang dibatasi hanya bisa membeli 2 liter minyak goreng, namun ada saja akal-akalan yang dilakukan. Misalnya saja, dalam satu keluarga dari orang tua, anak, bahkan hingga pembantunya ikut membeli minyak goreng.
"Misalnya nih, ada orang beli. Dia istrinya antre, suami, anak, pembantunya juga ikut antre. Kita susah juga ngawasinnya, masak setiap yang mau beli harus dicek KK dulu," jelas Solihin.
Bersambung ke halaman selanjutnya.