Aksi Panic Buying di Balik Kelangkaan Minyak Goreng

Aksi Panic Buying di Balik Kelangkaan Minyak Goreng

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 30 Jan 2022 19:44 WIB
Minyak Goreng Langka
Foto: Pool
Jakarta -

Minyak goreng jadi barang langka di tengah masyarakat. Padahal saat ini harga minyak goreng sudah dipatok Rp 14 ribu per liter, jauh lebih murah dari harga pasaran.

Praktik panic buying di tengah masyarakat disebut-sebut ikut membuat kelangkaan terjadi. Toko ritel kini kehabisan stok minyak untuk dijual karena banyak masyarakat yang berlebihan membeli minyak goreng.

Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin menjelaskan sebetulnya sejak awal kebijakan minyak goreng Rp 14 ribu per liter diumumkan, pihaknya memperhitungkan stok yang ada bisa dijual hingga dua pekan. Namun nyatanya tak begitu, panic buying terjadi di tengah masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Stok itu seharusnya yang ada di toko itu cukup dua minggu, tapi terjadi panik luar biasa," kata Solihin kala dihubungi detikcom, Minggu (30/1/2022).

Dia menjelaskan stok yang dijual sejak pertama kali kebijakan minyak goreng Rp 14 ribu per liter berlaku adalah stok lama dengan harga tinggi.

ADVERTISEMENT

Pihaknya, menjual dengan harga Rp 14 ribu per liter kemudian meminta kompensasi atas selisih harga itu. Stok tersebut lah yang awalnya diprediksi bisa dijual sampai dua pekan.

"Jadi kan di toko ada istilah buffer stock, kalau pembelian normal itu stok cukup 2 minggu. Seharusnya. Kan kenyataannya ini beda pembeliannya," ungkap Solihin.

Padahal setiap orang dibatasi hanya bisa membeli 2 liter minyak goreng, namun ada saja akal-akalan yang dilakukan. Misalnya saja, dalam satu keluarga dari orang tua, anak, bahkan hingga pembantunya ikut membeli minyak goreng.

"Misalnya nih, ada orang beli. Dia istrinya antre, suami, anak, pembantunya juga ikut antre. Kita susah juga ngawasinnya, masak setiap yang mau beli harus dicek KK dulu," jelas Solihin.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Ketua Umum Aprindo Roy Mandey juga mengungkapkan hal yang sama, panic buying juga menjadi salah satu biang kerok kelangkaan minyak goreng.

Dia mengungkapkan saking berlebihannya pembelian minyak goreng yang dilakukan, ada modus satu orang pembeli bolak balik ke toko dengan 5 pakaian berbeda agar bisa membeli minyak goreng.

"Kejadian selama ini kan banyak, misalnya ketika satu orang saja berganti pakaian sampai lima kali, karena lima kali pakai pakaian beda muka sama dalam beli minyak goreng," ungkap Roy kepada detikcom.

"Kita harap masyarakat belanja yang wajar dan normal, tak perlu dikamuflase atau dibuat-buat gitu ya," ujarnya.

Selain panic buying, saat ini pasokan minyak goreng satu harga dari produsen dan distributor memang minim. Roy bilang pasokan minyak goreng makin sedikit diterima oleh toko-toko ritel.

"Ritel ini kami kan nggak produksi minyak goreng, kami salurkan saja, yang produksi produsen, yang pasarin distributor. Mungkin produsen ada masalah sama bahan baku, itu yang menyebabkan pasokan ke distributor kurang, akhirnya kita ikut kurang," papar Roy.

Hal itu dibenarkan Solihin, dia mengatakan pihaknya sempat memesan 1.000 kemasan minyak goreng, namun yang datang dari distributor cuma 60 saja.

"Nah sekarang kita order ke distributor. Kita order 1.000 yang dikirim nggak segitu, alhamdulillah yang kita dapat cuma 60. Alhamdulillah aja masih dikirim itu juga," kata Solihin kepada detikcom.

"Maka akhirnya yang terjadi saat ini lah, kosong begitu," tegasnya.


Hide Ads