Bukan COVID-19, Ini Ancaman yang Lebih Bikin Pusing Ekonomi Dunia

Bukan COVID-19, Ini Ancaman yang Lebih Bikin Pusing Ekonomi Dunia

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 02 Feb 2022 10:03 WIB
Sejumlah aktivis melakukan aksi teatrikal di sela-sela konfrensi iklim di Glasgow, Inggris (4/11/2021). Mereka mengecam pencemaran laut oleh industri yang berdampak pada berkurangnya populasi ikan.
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Peter Summers
Jakarta -

Pandemi COVID-19 berhasil meluluhlantakkan ekonomi dunia, meski kini mulai bisa tertangani dampaknya. Tapi, ancaman terhadap perekonomian dunia nyatanya belum berakhir.

Ada satu ancaman besar lain yang mengintai ekonomi dunia, hal itu adalah dampak perubahan iklim. Peristiwa cuaca yang lebih buruk dan pola iklim yang berubah akan terus menciptakan masalah bagi orang-orang dan bisnis di seluruh dunia.

Dilansir dari CNN, Rabu (2/2/2022), berbagai contoh peningkatan biaya terjadi akibat perubahan iklim. Misalnya saja suhu yang lebih panas dari biasanya meningkatkan biaya energi dan harga untuk produk seperti kipas angin, unit AC, dan generator.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, sederet bencana imbas perubahan iklim seperti kebakaran, kekeringan, banjir, hingga badai juga dapat mempengaruhi rantai pasokan makanan. Ujungnya bisa mendorong harga naik.

Dalam setiap peristiwa cuaca ekstrem juga dapat menyebabkan kerusakan properti, dan kemudian memicu perubahan biaya material dan konstruksi yang bertambah harganya.

ADVERTISEMENT

Pelaku bisnis dan regulator dunia sedang mencari cara untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim secara nyata.

"Iklim pada dasarnya adalah masalah ekonomi dan ini tentang bagaimana kita mengelola risikonya," ujar Dr. Sanjay Patnaik, direktur Pusat Regulasi dan Pasar di The Brookings Institution.

Patnaik tidak sendirian, kini perusahaan, kelompok industri dan instansi pemerintah mulai lebih memperhatikan masalah perubahan iklim.

Pada September 2020, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS menerbitkan sebuah laporan yang menyebut perubahan iklim sebagai risiko besar bagi stabilitas sistem keuangan AS dan kemampuannya untuk menopang ekonomi Amerika. Seorang pejabat IMF mengatakan krisis iklim dapat memicu krisis keuangan.

Potensi dampak keuangan dan ekonomi, termasuk mendorong inflasi, adalah alasan yang baik bagi bank sentral untuk melihat perubahan iklim.

Pandemi telah membuat rantai pasok berbagai komoditas bermasalah. Tetapi dengan semakin seringnya peristiwa cuaca ekstrem, gangguan ini mungkin menjadi lebih umum, bahkan setelah COVID sudah berlalu.

"Hari-hari di mana kita bisa mendapatkan apa pun yang kita inginkan dengan harga yang kita inginkan sudah berakhir di era perubahan iklim. Perubahan iklim akan meningkatkan biaya transportasi dan logistik. Saya pikir pangan, pertanian, akan berubah secara fundamental," ungkap Patnaik.

Pada tahun 2011 misalnya, banjir besar di Thailand mengganggu rantai pasokan elektronik konsumen dan suku cadang mobil, dengan beberapa pembuat mobil AS bahkan menghentikan produksinya.

Tonton juga Video: Sri Mulyani: Kondisi Ekonomi Dunia 2020 Terburuk dalam 150 Tahun

[Gambas:Video 20detik]



(eds/eds)

Hide Ads