Banyak pekerja di Amerika Serikat (AS) yang saat ini mendapatkan kenaikan gaji, terutama setelah adanya krisis tenaga kerja di negara tersebut. Sebab dalam menghadapi krisis tenaga kerja ini, banyak bisnis di AS yang mencoba menaikkan gaji dan menawarkan insentif lain untuk menarik para pelamar.
Namun ternyata bagi kebanyakan orang, kenaikan gaji ini tidak dapat memberi mereka lebih banyak manfaat.
Melansir dari CNN, Senin (7/2/2022), faktanya jumlah kenaikan upah yang diterima para pekerja di AS ini masih berada di belakang saat pandemi dimulai, jika memperhitungkan kenaikan harga/inflasi. Dengan kata lain, kenaikan upah yang diterima para pekerja AS ini masih belum sebanding atau lebih kecil dari kenaikan inflasi yang ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut analisis data triwulanan Indeks Biaya Ketenagakerjaan oleh Jason Furman, seorang profesor ekonomi di Universitas Harvard, ditemukan bahwa upah yang disesuaikan dengan inflasi terus mengalami penurunan sejak pertengahan 2020.
Selama tahun lalu, upah yang disesuaikan dengan inflasi turun 2,4%. Artinya rata-rata jumlah kenaikan upah di AS mengalami penurunan, berbeda dengan inflasi yang terus meningkat.
Meski demikian, ternyata ada loh kelompok-kelompok pekerja di beberapa industri yang mendapatkan kenaikan gaji kecil setelah memperhitungkan lonjakan harga. Dengan kata lain, kelompok-kelompok pekerja ini masih dapat "keuntungan" dari peningkatan upah yang didapatnya.
Berbeda dengan sektor lain di mana nilai kenaikan upah yang disesuaikan denga inflasi mengalami penurunan, karyawan di sektor rekreasi dan perhotelan (meliputi pelayan, juru masak, dan pegawai hotel) telah melihat upah mereka yang disesuaikan dengan inflasi naik 2% sejak Desember 2019.
Lanjut halaman berikutnya.