Ekspor Indonesia pada Januari 2022 kembali mencatatkan kinerja positif. Diketahui, nilai ekspor RI mengalami pertumbuhan sebesar 25,31% (yoy), sehingga total menjadi US$ 19,16 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan ekspor komoditas andalan RI tetap solid, meski di tengah tren kenaikan harga. Terutama pada harga komoditas minyak kernel yang meningkat sebesar 17,96% (mtm), nikel meningkat sebesar 11,69% (mtm), dan aluminium meningkat sebesar 11,52% (mtm). Menurutnya hal ini menjadi faktor utama yang berhasil menjaga kinerja ekspor tetap positif.
Selain itu juga, hilirisasi pada komoditas tersebut turut mendorong peningkatan nilai tambah ekspor di Januari 2022. Kinerja positif ekspor juga sejalan dengan laporan IHS Markit yang menyebutkan pesanan barang ekspor Indonesia di Januari 2022 merupakan rekor kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan periode bulan Januari sejak survei dijalankan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berbagai indikator termasuk laporan dari IHS Markit tersebut menjadi sinyal positif bagi output manufaktur. Terbukti, saat ini tercatat ekspor Industri pengolahan meningkat 31,16% yoy menjadi sebesar US$15,71 miliar. Ke depan, dengan prospek permintaan yang semakin bertumbuh, maka output perekonomian juga akan terus meningkat," ujar Airlangga dalam keterangan tertulis, Rabu (16/2/2022).
Prospek penguatan output perekonomian juga ditunjukkan oleh level Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia yang terus berada pada level ekspansif. Berdasarkan data, PMI Indonesia pada Januari 2022 berada di level 53,7, atau melanjutkan level ekspansi selama 5 bulan berturut-turut. Level PMI RI disebut unggul di antara beberapa negara ASEAN lainnya, seperti Thailand (51,7), Filipina (50,0), dan Myanmar (48,5). Sejalan dengan peningkatan ekspor, sisi impor Indonesia pada Januari 2022 juga meningkat menjadi sebesar US$18,23 miliar, yakni tumbuh sebesar 36,77% (yoy).
"Peningkatan impor Januari 2022 menunjukkan prospek akselerasi pemulihan ekonomi karena komponen utamanya berasal dari aktivitas produksi domestik yang terus menggeliat. Terbukti, impor bahan baku penolong dan barang modal tumbuh menguat, masing-masing dengan pertumbuhan sebesar 39,57% yoy dan 41,94% (yoy)," terangnya.
Airlangga menjelaskan, di saat yang bersamaan tingkat kepercayaan masyarakat juga naik. Hal ini ikut mendorong peningkatan aktivitas ekonomi dan demand domestik, sehingga impor barang konsumsi naik sebesar 10,25% (yoy).
Dikatakan Airlangga, neraca perdagangan Indonesia juga masih melanjutkan tren surplus selama 21 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020. Dia menjelaskan pada Januari 2022, Indonesia mengalami surplus sebesar US$0,93 miliar.
Kendati demikian, menurutnya ke depan prospek neraca perdagangan akan dihadapkan pada berbagai risiko, sehingga harus diwaspadai. Salah satunya yaitu dengan meningkatnya risiko geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Imbas kondisi tersebut, harga komoditas energi diperkirakan akan mengalami peningkatan.
Sementara dari segi impor, lanjut Airlangga, kenaikan harga minyak mentah diperkirakan mendorong kenaikan impor migas. Namun, di sisi lain harga komoditas batubara juga akan naik, yang menyebabkan ekspor Indonesia juga akan terdorong naik.
Lebih lanjut, dengan masih tingginya harga minyak kelapa sawit yang merupakan salah komoditas ekspor utama, maka secara umum neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan tetap positif ke depannya.
"Kinerja positif pada perdagangan internasional Indonesia akan terus dipertahankan, bahkan didorong untuk ditingkatkan. Pemerintah akan mengerahkan berbagai strategi dan kebijakan guna mengoptimalkan performa neraca perdagangan yang sudah baik ini," jelasnya.
"Strategi utama Pemerintah akan tetap diselaraskan dengan pengendalian COVID-19, sehingga aktivitas ekonomi akan tetap tumbuh, di saat yang sama kerja sama ekonomi internasional akan terus digencarkan guna menciptakan diversifikasi negara tujuan ekspor. Terakhir, program hilirisasi akan menjadi kunci peningkatan nilai tambah ekspor," pungkas Airlangga.
(ega/hns)