Sri Mulyani Beberkan Ancaman yang Lebih Ngeri dari COVID-19, Ini 3 Faktanya

Sri Mulyani Beberkan Ancaman yang Lebih Ngeri dari COVID-19, Ini 3 Faktanya

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 17 Feb 2022 20:00 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani didampingi anggota dewan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan kerangka kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF) tahun 2022, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (20/05/2021).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan ada ancaman lain yang lebih berbahaya dan mengerikan dari pandemi COVID-19. Untuk itu, semua negara harus mengantisipasinya secara bersama.

Berikut tiga faktanya:

1. Ancaman Perubahan Iklim

Ancaman lebih bahaya dari COVID-19 yang dimaksud Sri Mulyani adalah perubahan iklim (climate change). Negara G20 dinilai berperan penting untuk memerangi masalah ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perubahan iklim dapat menyebabkan ancaman yang lebih besar daripada COVID," kata Sri Mulyani dalam pembukaan Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) Jalur Keuangan Presidensi G20 Indonesia, Kamis (17/2/2022).

2. Solusi Pembiayaan

Tidak hanya berpartisipasi dengan komitmen mengurangi emisi karbon, negara G20 juga harus menemukan solusi terkait biaya penanganannya yang tidak murah.

ADVERTISEMENT

Untuk masalah biaya, Sri Mulyani mengaku pihaknya sedang mempersiapkan kerangka kebijakan untuk mendukung inisiasi pembiayaan berkelanjutan, termasuk untuk transisi energi.

"Transisi energi terbarukan sangat penting. Indonesia memiliki banyak sumber batu bara. Bukan hanya Indonesia, namun banyak negara menghadapi tantangan yang sama," paparnya.

3. Inflasi

Ancaman lainnya yang tidak kalah besar adalah inflasi yang terjadi di banyak negara. Meskipun ada kemungkinan bahwa ekspektasi inflasi yang tinggi tidak akan bertahan lama, namun hal ini turut jadi hal yang harus dipantau ketat untuk menghindari risiko ke depannya.

"Risiko inflasi adalah bagian teratas. Serta gangguan rantai pasokan, tenaga kerja, bencana alam akibat perubahan iklim dan ketegangan geopolitik yang meningkat," jelas Sri Mulyani.

(aid/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads