Waktu senggang di masa pandemi ternyata bisa digunakan untuk mengasah kreativitas. Berbekal peralatan make-up yang lama tidak dipakainya, Beauty Influencer Janes CS mencoba peruntungan menjadi content creator.
Berawal dari scrolling hashtag For Your Page (FYP) di TikTok, Janes mengikuti membuat video yang tengah trending saat itu.
"Sambil rebahan di rumah, sambal liat FYP, muncullah konten ibu-ibu bikin konten transisi. Jadi before and after make-up. Sebelumnya buluk dasteran tiba-tiba cakep. Hanya dengan gara-gara itu, gue jadi ngeliat diri gue sendiri. 'kayaknya gue bisa nih bikin konten begini'. Karena gue emak-emak jarang dandan segala macem. Akhirnya gue buka lah make-up gue, gue dandan malem-malem, bikin konten, dan tiba-tiba pagi-pagi rame," kenang Janes dalam program d'Mentor, Kamis 3 maret 2022.
Janes mengungkapkan, untuk menjadi seorang influencer, konsisten dalam berkarya menjadi kunci utamanya. Soal dari mana memulainya, Janes mengungkapkan bahwa dari apapun yang disukai bisa jadi dasar untuk membuat sebuah konten.
"Sukanya apa? Masak? Yaudah gapapa bikin aja resep semur jengkol versi anda. Bikin aja tutorialnya. Kebetulan gue suka make-up, gue review bedak favorit gue sampai akhirnya brand tertarik untuk endorse, dan waktu itu gue nggak tau rate card gue berapa. Gue kasih gratis," ungkap Janes.
Membahas tentang jenis content creator yang diminati oleh brand, Marsha Imaniara, General Manager Maverick Indonesia Strategic Communications Consultancy menyebutkan, beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh brand.
"Kadang-kadang, brand itu memilih (influencer) berdasarkan jumlah followersnya. Kalau kita di Maverick itu deep dive lagi, ada beberapa tools yang kita gunakan untuk melihat performa dari seorang content creator. Pertama, dari jumlah followers itu yang benar-benar engage. Lihat, komen, share itu ada berapa. Selain itu kita juga lihat persona, cocok enggak sih sama produk yang mau kita jual," terang Marsha.
Perkara rate card, Janes menyebutkan kapan saat yang tepat untuk menentukan tarif jasa. Baginya, ada beberapa faktor yang perlu dipikirkan sebelum harga ditentukan.
"Ketika banyak brand yang nawarin kerja sama itu sudah pasti lo harus bikin (rate card). Jadi lo udah dapet nih persona lo, agency banyak yang hubungin lo, saat lo udah punya followers 'setia', saat itulah lo pikirin rate card," ucap Janes.
Bagi Janes, metamorfosis menjadi seorang influencer membutuhkan kesabaran dan kepandaian membaca celah untuk memperoleh perhatian dari masyarakat. Janes menyebutkan, asal memahami kiat-kiatnya, tidak sulit menjadi influencer.
"Tenang guys, dari rumah sambal rebahan bisa jadi start kalian untuk menjadi seorang influencer. Semudah itu. Berawal dari rebahan, bikin konten, konsisten, baru (tentukan harga),' tutup Janes.
(vys/fuf)