Meski ditimpa sanksi dari Uni Eropa, ternyata Rusia tidak kehilangan akal untuk melempar balik 'sanksi' tersebut. Cara yang dilakukan Rusia yaitu dengan menghentikan pasokan gas ke Uni Eropa.
Berhentinya pasokan gas ini akan mengakibatkan Eropa mengalami kendala dalam pasokan listrik sehingga orang-orang Eropa akan kedinginan.
"Uni Eropa akan menanggung biaya lebih besar untuk mendapatkan gas dan ada potensi hancurnya kegiatan ekonomi, pasokan listrik yang terganggu dan orang-orang kedinginan," kata peneliti Bruegel dikutip dari CNN.
Sebenarnya Eropa juga mendapatkan pasokan gas alam cair dari negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut Bruegel dengan kondisi ini, seharusnya Eropa bisa bertahan lebih lama dan tak akan mengalami kekurangan energi.
Sekadar informasi, saat ini 40% pasokan gas alam Eropa berasal dari Rusia. Terutama Jerman, Austria, Hungaria, Slovenia dan Slovakia sampai Polandia.
Jika pengiriman gas dari Rusia terhenti. Maka Eropa harus memangkas permintaan sekitar 10%-15%. Mereka juga harus menggunakan bahan bakar alternati seperti batu bara dan menghentikan pembangkit nuklir.
Namun, untuk penggunaan batu bara sendiri dapat memiliki konsekuensi besar untuk iklim di dunia.
Bahkan, pemanasan global juga masih terjadi dan kedepannya itu akan menimbulkan efek buruk untuk manusia.
Sebelumnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengungkapkan akan mengambil keputusan untuk menghentikan sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia. Mereka akan membangun terminal LNG baru.
"Kita harus segera mengambil langkah untuk melindungi pasokan energi," ujar Scholz.
Akibat hal ini, Jerman juga dilaporkan akan mempertimbangkan perpanjangan usia pembangkit listrik tenaga nuklir yang sebelumnya direncanakan tutup tahun ini.
(eds/eds)