Tekstil RI Kehilangan Pasar Eropa

Tekstil RI Kehilangan Pasar Eropa

- detikFinance
Kamis, 18 Mei 2006 17:24 WIB
Jakarta - Meningkatnya konsumsi tekstil di Uni Eropa tidak bisa dinikmati pengusaha tekstil Indonesia, yang justru kehilangan pasar di wilayah negara-negara ini.Tekstil Indonesia seperti 'tiarap' di pasar Uni Eropa, karena ketatnyapersaingan dan perbedaan perlakuan tarif bea masuk.Pasalnya, Eropa masih menerapkan bea masuk 12-17 persen untuk tekstilIndonesia, sedangkan untuk Turki dan Bangladesh sudah zero persen.Demikian disampaikan Benny Soetrisno, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) saat menjadi pembicara di seminar Eropa-Indonesia Trade support Program, di Hotel Aryaduta, Jakarta (18/5/2006).Ekspor tekstil Indonesia ke Eropa pada tahun 2005 sebesar US$ 1,698 miliar. Angka ini turun 17 persen dibanding angka ekspor ke Eropa pada tahun 2004. Padahal konsumsi tekstil di negara-negara itu sudah mencapai US$ 294 miliar.Benny menjelaskan, saat ini Indonesia kehilangan losing ground dalam ekspor tekstil ke Uni Eropa. Populasi Uni Eropa mencapai 461 juta orang yang diperkirakan pada tahun 2006 nilai konsumsi tekstil naik per tahunnya 0,5 persen.Kebutuhan tekstil Uni Eropa pada tahun 2007 diperkirakan sebesar US$ 294,5 miliar, 2008 senilai US$ 295 miliar, 2009 US$ sejumlah US$ 295,9 miliar dan pada 2010 sebesar US$ 296 miliar.Diantara seluruh negara Uni Eropa tersebut, Jerman merupakan importir tekstil terbesar dengan pasar mencapai 29 persen.API, ungkap Benny, meminta pemerintah untuk mengusahakan menghapus tarif bea masuk tekstil ke Uni Eropa dan meningkatkan market access dengan free trade area antara Uni Eropa-ASEAN."Dengan begitu Indonesia tidak jadi kehilangan pasar karena Indonesia punya banyak keunggulan dari segi tenaga kerja yang kompetitif, basis bahan baku domestik dengan adanya produsen sintetis besar," ungkap Benny.Benny menjelaskan, permintaan yang meningkat dibarengi dengan kompetisi yang ketat, maka yang harus diandalkan adalah high quality dan ketepatan pengiriman. Sedangkan dengan tingginya bea masuk harga tekstil Indonesia lebih mahal.Trade Support ProgramUni Eropa bersama Departemen Perdagangan meluncurkan Trade Support Program (TSP). Ini merupakan program bantuan teknik dari Uni Eropa ke pemerintah Indonesia.Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan perdagangan internasional secara bilateral antara Indonesia dan Eropa.Dalam pembentukan Trade Support Program ini, hadir Dubes Uni Eropa untuk Indonesia Jean Breteche."Program TSP memusatkan perhatian pada upaya untuk mereduksi hambatan utama dalam perdagangan dan investasi antara Uni Eropa dan Indonesia," kata Ernawati S Taufiq, Direktur program TSP.TSP dibagi dalam empat komponen, pertama pengembangan kapasitas Indonesia dalam WTO. Dengan peningkatan kemampuan badan-badan pemerintah maupun swasta dalam memahami regulasi WTO dan kemampuan negosiasi dalam perdagangan internasional.Kedua, harmonisasi standar-standar praktek Uni Eropa dengan meningkatkan standar dunia usaha Indonesia yang berpotensi meningkatkan ekspor ke Uni Eropa.Ketiga, research and development institute, dengan membuka akses pada data teknis terbaru.Keempat, laboratories perikanan dengan meningkatkan akses perusahaan udang dan ikan beku Indonesia pada pasar Uni Eropa. (ir/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads