Tak Bisa 'Kabur' dari Rusia, Reputasi Merek-merek Dunia Ini Terancam

Tak Bisa 'Kabur' dari Rusia, Reputasi Merek-merek Dunia Ini Terancam

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Jumat, 18 Mar 2022 13:36 WIB
Sejumlah toko berbagai merek asing tutup dan tak beroperasi di kota-kota Rusia. Diketahui, hal itu dilakukan sebagai bentuk kritik atas invasi Rusia ke Ukraina.
Ilustrasi/Foto: AP Photo
Jakarta -

Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan banyak merek ternama dunia menghindari Rusia. Tapi ternyata, beberapa masih membuka gerai di negara itu dan bahkan tidak dapat menutup tokonya.

Mengutip BBC, Jumat (18/3/2022), Marks and Spencer, Burger King, dan grup hotel Marriott dan Accor adalah beberapa yang mengaku kesulitan menutup gerainya. Pasalnya mereka dibatasi oleh kesepakatan waralaba yang rumit yang mencegah mereka menarik diri.

Perusahaan sendiri telah mengalihdayakan bisnis di Rusia ke pihak ketiga dan tidak memiliki operasi yang menyandang nama mereka. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki hampir seribu gerai yang masih buka di Rusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

M&S memiliki 48 toko dan Burger King memiliki 800 restoran yang masih buka, sementara Marriott dan Accor masing-masing memiliki 28 dan 57 hotel yang buka.

Merek-merek tersebut terkunci dalam perjanjian waralaba yang sah, sehingga mereka sulit menghapus namanya dari High Streets dan pusat perbelanjaan Rusia.

ADVERTISEMENT

Banyak perusahaan Barat telah mengadakan perjanjian semacam itu selama beberapa dekade terakhir. Misalnya, toko Marks and Spencer telah dioperasikan oleh perusahaan Turki bernama FiBA, yang telah memegang hak untuk menjual produk pengecer di seluruh Eropa Timur sejak 1999. Raksasa ritel itu mengatakan telah menangguhkan pengiriman barangnya ke FiBA sebagai sikapnya terkait perang.

Sementara itu, pemilik Burger King, Restaurant Brands International, juga mengatakan bahwa restorannya dijalankan oleh pewaralaba. "Perjanjian hukum yang sudah berlangsung lama ini tidak mudah diubah di masa mendatang," katanya.

Begitu pula dengan grup Hotel Marriott, IHG, dan jaringan Prancis Accor, yang memiliki Ibis dan Novotel di antara mereknya, semuanya beroperasi di Rusia dengan kesepakatan serupa.

Marriott mengatakan bahwa hotel-hotelnya di Rusia dimiliki oleh pihak ketiga tetapi akan terus mengevaluasi kemampuan hotel-hotel ini untuk tetap buka.

Waralaba adalah metode bisnis mendistribusikan produk atau layanan. Ini melibatkan franchisor, perusahaan yang telah menetapkan nama merek, dan franchisee, perusahaan yang membayar biaya untuk hak melakukan bisnis di bawah nama franchisor dan menjual produknya.

Graeme Payne, seorang spesialis di Inggris dan waralaba internasional di firma hukum Bird&Bird, mengatakan bahwa waralaba berguna untuk merek Barat yang ingin memasuki pasar di berbagai negara, tetapi tidak memiliki pengetahuan lokal, uang, atau kemampuan untuk memasukinya.

Victoria Hobbs, mitra di Bird&Bird yang menangani sengketa waralaba, mengatakan jika pemilik waralaba diketahui memiliki hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin atau telah dikenai sanksi, maka dari perspektif Inggris, kesepakatan dapat dihentikan.

Namun, Ms Hobbs mengatakan meskipun perjanjian sering memiliki klausul yang menyatakan "jika franchisee melakukan sesuatu yang merusak reputasi kita, kita dapat menghentikan", masalahnya saat ini di Rusia adalah banyak franchisee sendiri tidak melakukan kesalahan.

"Ini cukup menantang bagi mereka karena dari perspektif hukum Inggris, mereka tidak benar-benar memiliki hak untuk mengakhiri perjanjian - itu masalahnya," katanya.

"Bahkan jika sebuah merek berhasil mendapatkan keputusan pengadilan Inggris terhadap waralaba di Rusia, pengadilan Rusia tidak akan menegakkannya", kata John Pratt, seorang mitra di tim pengacara spesialis waralaba terbesar di Eropa.

Simak video '3 Desakan WHO ke Dewan Keamanan PBB Terkait Konflik Rusia-Ukraina':

[Gambas:Video 20detik]



Accor, yang memiliki 57 hotel bermerek di Rusia dan 3.500 karyawan di sana, telah menangguhkan semua pembukaan hotel di masa depan dan telah menghentikan layanan dan distribusi ke hotel-hotel yang terkena sanksi.

Burger King mengalihkan keuntungannya dari operasi waralaba di Rusia ke upaya kemanusiaan.

Marriott dan IHG Hotels & Resorts, yang masing-masing memiliki 28 hotel yang beroperasi di Rusia dengan merek mereka, juga telah menghentikan pengembangan dan investasi hotel dan telah menutup kantor perusahaan mereka di Moskow.

M&S telah menjanjikan lebih dari Β£1,5 juta untuk mendukung para pengungsi dan menyumbangkan 20.000 mantel dan termal.

Namun, sementara banyak merek terjebak di Rusia, Yum Brands, yang memiliki KFC dan Pizza Hut, mengatakan sedang menyelesaikan kesepakatan dengan pemegang waralaba utamanya untuk menghentikan sementara operasi Pizza Hut.

Ms Hobbs, mitra di firma hukum Bird&Bird mengatakan dia yakin merek sangat khawatir tentang potensi kerusakan reputasi dari terus beroperasi di Rusia.

"Mereka jelas khawatir pada tingkat manusia dan moral tentang apa yang terjadi, tetapi saya juga berpikir mereka khawatir sejumlah perusahaan telah diancam dengan boikot." tulisnya.


Hide Ads