Perusahaan penyewaan alias leasing pesawat mengaku kapok menjual produknya ke Rusia. Mereka khawatir, sanksi yang diberikan kepada Rusia bisa bikin mereka rugi.
Perusahaan leasing pesawat terbang Avolon menuduh apa yang dilakukan Rusia adalah bentuk perampokan, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyita sejumlah pesawat sebagai balasan atas sanksi negara Barat terhadap Rusia.
CEO Avolon Domhnal Slattery mengatakan, hal ini akan memberikan dampak panjang antara perusahaan dengan negara tersebut. Ini juga menimbulkan keraguan, apakah perusahaan akan berbisnis lagi dengan Rusia atau tidak. Sejalan dengan itu, dia juga berupaya mengambil kembali pesawat yang disita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita coba setiap hari, tapi hari ini sudah tak ada peluang lagi," katanya dilansir CNBC, Rabu (30/3/20220).
Perusahaan barat itu sudah mencoba untuk menarik kembali ratusan pesawat di Rusia. Mereka diminta memutuskan kontrak dengan pelanggan Rusia sebagai bentuk sanksi untuk negara tersebut.
Tapi, Putin pada bulan ini telah menandatangani aturan yang mengizinkan maskapai Rusia untuk terbang dengan rute domestik, dan mendaftarkan ulang pesawat-pesawat tersebut. Ini menutup peluang bagi pemilik pesawat untuk mengambil kembali barang milik mereka. Senilai US$ 10 miliar pesawat milik orang Asing yang disewakan ke maskapai Rusia kini tertahan di negara tersebut.
"Ini perampokan. Mereka mencuri pesawat kita. Ini tak bisa dimengerti," ujar Slattery.
Avolon, yang berbasis di Dublin, memiliki 14 pesawat yang ditempatkan di Rusia dan telah menemukan empat di antaranya.
Pesawat sewaan adalah kunci untuk armada Rusia yang terdiri lebih dari 970 pesawat dengan sekitar 500 dikelola oleh pemilik asing, menurut data penerbangan dan perusahaan konsultan Cirium.
(zlf/zlf)