Perubahan Iklim adalah perubahan signifikan kepada iklim, suhu udara dan curah hujan mulai dari dasawarsa sampai jutaan tahun. Perubahan iklim terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca.
Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca tersebut, disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia seperti emisi bahan bakar fosil, perubahan fungsi lahan, limbah dan kegiatan-kegiatan industri.
Penjelasan Perubahan Iklim dari BMKG
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa kualitas udara memiliki pengaruh pada terjadinya perubahan iklim. Hal tersebut berdasarkan temuan BMKG terkait dengan status informasi kualitas udara Indonesia pada tahun 2021.
"Kami melihat memang tren konsentrasi kualitas udara, khususnya di daerah-daerah tertentu masih menunjukkan adanya tingkat polusi yang cukup tinggi. Terdapat keterkaitan apabila kualitas udara suatu wilayah buruk, masalah perubahan iklimnya juga meningkat akibat kenaikan suhu yang terjadi," ujar Koordinator Sub Bidang Informasi Gas Rumah Kaca BMKG Alberth Nahas, dalam video yang diunggah akun instagram Bicara Udara, Kamis (31/3/2022).
Dalam pantauan BMKG, Alberth menjelaskan bahwa di Jakarta serta beberapa kota di pulau Sumatera tren particulate matter (PM) 2,5 masih lumayan tinggi. Kemudian, lanjutnya, berdasarkan monitoring dari BMKG di salah satu lokasi di Sumatera menunjukkan bahwa tren gas rumah kaca khususnya untuk konsentrasi CO2 juga terus meningkat.
"Dan dari BMKG sendiri, kami sudah melakukan monitoring terhadap perubahan temperatur ini dan dari data yang kami miliki sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 2021 kemarin, memang tercatat adanya peningkatan temperatur secara rata-rata di seluruh Indonesia, seluruhnya diambil semua melalui stasiun BMKG," imbuhnya.
Alberth mengungkapkan, kenaikan temperatur ini memiliki dampak terhadap perubahan iklim yang menyebabkan perubahan pola musim. Misalnya, ia mencontohkan, musim hujan yang seharusnya terjadi di bulan-bulan tertentu, kemudian bergeser, begitu pula sebaliknya dengan perubahan musim kemarau.
"Dan dampak atau konsekuensinya bisa terjadi bencana seperti banjir, juga kebakaran hutan dan lahan kabut asap yang semuanya semuanya turunan dari apa yang terjadi karena perubahan iklim," ucapnya.
Menurut Alberth, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan langkah yang harus diambil, tidak hanya secara regulasi dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat secara umum untuk meminimalkan dampak iklim itu sendiri.
Ia menyebutkan, pihaknya akan terus melakukan monitoring terhadap kualitas udara dan akan terus disampaikan ke publik secara berkala.
"Kami melakukan monitoring untuk parameter kualitas udara yang terkait dengan konsentrasi gas rumah kaca di udara background dan juga untuk parameter pencemaran udara seperti pm 2.5 yang lebih dekat dampaknya terhadap perubahan iklim," pungkasnya.
(fdl/fdl)